Puisi Urban II- Puisi Gracia Asriningsih

Fin Dac - London, Inggris | matadornetwork.com

Fin Dac - London, Inggris | matadornetwork.com

05

Penadah bintang bekas berkeliling galaksi

Mencuci kelip tersisa

Dengan air terakhir dari Jupiter

 

Lintang mati itu didaur ulang

Menjadi mimpi buruk

 

Agar obat mual kejiwaan

Terjual bebas

 

Di sebuah kota susun

Dimana penghayat benda

Mengejar kebosanan

Secara berjamaah

 

06

Ia menempa topengnya sendiri

Langsung di wajahnya

untuk menutup mata

Atau menutup telinga

 

Dengan selalu tersenyum

Tangan kirinya memahat

Tanpa pernah selesai

Dan tangan kanan mengabadikannya

 

Namun ia sudah lupa

Wajahnya sendiri

 

07

Laki-laki telah memanjangkan nyalinya

Untuk menghadapi laki-laki lainnya

 

Masing-masing ingin meledakkan

Habitatnya sendiri dengan pom bensin

 

Anak laki-laki yang menghabiskan pagi

Untuk memandang bunga mekar

Akan dilempar Molotov

Agar dengan tubuh koyak

Ia tumbuh dengan mengaborsi dirinya

 

08

Dalam bilik-bilik berukuran kuburan

Laki-laki mengunduh imajinasi senggama

Sepanjang malam

Tak tergoyah karena pulsa menipis

Atau sinyal menjauh

Demi secercah ejakulasi

Sebelum memakai agama

Dipintu kamar mandi umum

Saat dini hari tiba

 

09

Pada balkon

Ia berpikir tentang instalasi seni

Di toilet umum

Pohon trembesi

Di ruang tamu

Seketika penari

Di rel kereta api

Lukisan puisi

Di lampu merah

Sandiwara jenaka

Dalam penjara

Untuk menumbuhkan kekasih

Dari jarak jauh

 

10.

Ahli nujum tak mampu memanggil gerimis

Kegagalan memantrai langit

Sesaji ketulusan dan embun hutan sirna

 

Aspal dan beton

tak bisa mempersembahkan hujan

 

Seperti kicauan di layar berkedip

Tak bisa memunculkan

Mata air

Baca: Puisi Urban I

 

Gracia Asriningsih. Foto: Dok. Satu Harapan

Gracia Asriningsih, lahir di Jogjakarta,  lulusan jurusan Sastra Prancis, Fakultas Sastra 1994, UGM dan   Master Desentralisasi dari Universitas Paris 8 (2004) Prancis.  Kini  bekerja sebagai penulis lepas dan penerjemah.  Telah menerbitkan 2 novel ‘Place Monge’ dan ‘Sesiang Terakhir’ serta 1 kumpulan puisi Bilingual ‘hampir aku tetapi bukan.’ Tahun 2012, ia menjadi penyair keliling dalam Festival Pernyair International Indonesia. Editor buku Menolak Hukuman Mati, Perspektif Intelektual Muda (2015).

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version