NUSANTARANEWS.CO – Presiden Trump ingin menjarah kekayaan minyak Suriah. Setelah ISIS merebut sepertiga wilayah Suriah pada 2014, dan menjadikan minyak sebagai sumber finansial bagi kekhalifahan – sumber minyak Suriah tiba-tiba menjadi sorotan global. Ketika ISIS runtuh, Pasukan Demokrat Suriah (SDF) bentukan Amerika Serikat (AS) yang dipimpin Kurdi dengan cepat mengambil alih ladang minyak tersebut. Dari pendapatan minyak itu, SDF dapat mendukung program militer dan sipilnya.
Sementara Presiden Trump yang telah dua kali memerintahkan pasukan AS keluar dari Suriah – tiba-tiba malah memperkuat pertahanan militernya di wilayah yang kaya minyak di Suriah.
Kebijakan tradional Trump jelas melanggar kedaulatan Suriah,”Minyak itu milik Suriah.” Jika ISIS telah dikalahkan, AS tidak memiliki wewenang Kongres untuk tetap bertahan di Suriah.
Keinginan Trump untuk menjarah minyak Suriah adalah tindakan kejahatan internasional. Padahal aturan perang internasional jelas mengatakan mencegah negara-negara yang terlibat dalam perang untuk merebut sumber daya alam negara lain.
Senator Republik Carolina Selatan Lindsey Graham, sebagai pendukung Trump yang paling gigih mengutuk rencana penarikan seribu tentara AS dari Suriah dan melobi keras Gedung Putih untuk memikirkan kembali posisinya, dan mengingatkan akan pentingnya akses ke minyak Suriah sebagai insentif. Graham menegaskan bahwa dengan terus mempertahankan kendali atas ladang minyak di Suriah, berarti dapat melemahkan Assad dan mencegah Iran mendapat rejeki nomplok, tegas Graham minggu lalu. “Kita juga dapat memanfaatkan sebagian dari pendapatan dari penjualan minyak masa depan untuk membayar komitmen militer AS di Suriah,” kata Graham lebih lanjut.
Sementara sebagai dalih pembenaran untuk mempertahankan pasukan AS di Suriah, Presiden Trump berargumen perlu kekuatan militer yang memadai untuk mencegah ISIS kembali menguasai ke daerah yang kaya akan sumber daya. Di samping itu, AS juga perlu membantu sekutunya, Kurdi Amerika agar mereka bisa hidup.
Presiden Trump juga mengilustrasikan bahwa, “Di masa lalu, ketika berperang, bagi para pemenang adalah rampasan. Anda memenangkan perang dan Anda menerimanya,” ujar Trump. Jadi Anda tidak mencuri apa pun. Anda menerima — kami mengembalikan uang kami sendiri — setidaknya, setidaknya.”
Sementara pakar energi perminyakan Daniel Yergin cukup terkejut dengan meningkatnya kapasitas produksi minyak Suriah sekarang ini. Yang sangat membingungkan adalah bahwa Suriah sekarang memproduksi minyak dalam jumlah banyak — padahal pada puncaknya saja dahulu hanya sekitar 400 ribu barel per hari. (Banyu)