NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Dakwah Khusus Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Ziyad menilai bahwa sosok pemimpin harus merepresentasikan keberpihakannya terhadap suara mayoritas.
Hal ini ia sampaikan pada diskusi bertajuk Pilpres: Ijtima’ Ulama dan Kepemimpinan dalam Islam yang digelar Solidaritas Ulama Muda Jokowi (Samawi) di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/8/2018).
Menyitir dari hadits Nabi, Al Imamu min Quraishin bahwa pemimpin itu dari Bani Quraish sebagaimana yang diulas ulang oleh ahli hukum dan politik asal Irak, Abu Al Hasan Al Mawardi, Muhammad Ziyad menilai bahwa kata ‘Al Quraish‘ bila di Indonesia dapat diartikan sebagai komunitas mayoritas.
“Dalam konteks Indonesia Al Quraish adalah komunitas yang menjadi mayoritas. Kalau secara keagamaan umat Islam di Indonesia, maka berarti pemimpin adalah harus merepresentasikan dalam konteks keberpihakan pada mayoritas,” kata Ziyad.
Muhammad Ziyad menjelaskan bahwa ada hal menarik yang dilakukan oleh Al Mawardi dalam mengutip hadits, Al Imamu Min Quraishin (pemimpin itu dari Bani Quraish).
Apa maknanya? Dia mengungkapkan pada konteks tersebut, bahwa pemikiran Al Mawardi yang merupakan ulama Abbasiyah oleh para pemikir barat dilihat sebagai model pertahanan Al Mawardi untuk mempertahankan rongrongan kekuasaan Abbasiyah dari pengaruh Bani Buwaih, Fatimiyah dan beberapa penguasa lainnya kala itu.
Pewarta: Romadhon
Editor: Banyu Asqalani