NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kementerian Agama menggelar Pendidikan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN-MB) di Pusdiklat Kemenag Ciputat. Salah satu rangkaian kegiatan adalah kunjungan ke Pusat Dakwah Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Rombongan panitia dan peserta PIN MB terdiri atas 60 dosen dan 100 mahasiswa PTKI se-Indonesia. Rombongan dipimpin Ruchman Basori, Kasubdit Sarana, Prasarana, dan Kemahasiswaan Dirjen Pendis Kemenag RI.
Rombongan ini diterima Wakil Katib Syuriyah Nahdlatul Ulama, Mujib Qulyubi dan Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama, Mastuki.
Ruchman mengatakan bahwa banyak riset, misalnya Alvara Research menemukan bahwa banyak mahasiswa dan dosen terpapar radikalisme. “Maka dalam lima tahun terakhir Kemenag mengarusutamakan moderasi beragama,” kata Ruchman Basori.
Dirinya menambahkan bahwa kunjungan tersebut bertujuan untuk mendapatkan kisah sukses PBNU sebagai sentrum moderasi beragama. “Pengalaman ini bisa dibawa pulang untuk inspirasi pengembangan moderasi beragama di berbagai daerah,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Katib Syuriyah Nahdlatul Ulama, Mujib Qulyubi menjelaskan salah satu strategi yang harus dilakukan adalah ‘amaliah nahdliyyah harus dipraktekkan dan bahkan menjadi ujian akhir di sekolah formal.
Dirinya menilai radikalisme muncul karena tidak tahu akan ajaran agama secara mendalam. Kalimat yang murni sudah dialihkan, misalnya hijrah, khilafah, jihad, kembali ke al-Qur’an. Ada hidden curriculum untuk mengalihkan menuju agenda sempit radikalis.
“Kalimat murni ‘kembali kepada Qur’an’ oleh mereka disisipin dengan pesan jangan percaya kepada ulama, kiai, kitab kuning, ushul fikih. Penggerak mereka adalah jebolan timur tengah yang tidak pernah diasah sehingga budaya Arab dibawa ke sini,” jelasnya.
Pewarta: Muhamad Nasrudin