NUSANTARANEWS.CO – Bencana alam gempa bumi di Lombok, NTB sangat menghiris hati. Bencana ini telah memakan korban jiwa yang sangat banyak. Belum lagi kerugian material berupa rumah-rumah. Negeri ini selalu saja mendapat cobaan dan ujian.
Total kerugian bencana di Lombok, seperti yang disampaikan Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat kerugian mencapai Rp 7,4 triliun. Kerugian ini meliputi sektor pemukiman sebesar Rp 6,02 triliun, infrastruktur Rp 9,1 miliar, dan ekonomi produktif Rp 570, 55 miliar, sosial Rp 779,82 miliar serta lintas sektor sebesar Rp 72,7 miliar. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat, mengingat belum masuk semua di masing-masing posko.
Bencana ini banyak memakan korban jiwa, korban luka, bahkan tidak adanya tempat tinggal bagi diri dan keluarganya, sehingga mereka masih berada di dalam tenda-tenda evakuasi.
Gempa di Lombok banyak menyita perhatian. Salah satunya datang dari David Lipson (Indonesia Correspondent for ABC Australia) mengatakan In Lombok – 350,000 homelless, 68,000 homes damaged or destroyed, more than 436 dead, 1300 injured – but Indonesian Government still hasn’t declared a National Disaster. Incredible.
Sungguh aneh, dengan menelan banyaknya korban tetapi Pemerintah Indonesia tidak menganggap bencana yang terjadi di Lombok sebagai tragedi besar. Pemerintah masih belum mau mendeklarasikannya sebagai bencana nasional.
Sementara, di malam pembukaan Asian Games 2018 yang berlangsung di Gelora Bung Karno (GBK) begitu meriah dan antusias. Sampai-sampai Presiden Jokowi pun ikutan berjoget saat penyanyi Via Valen melantunkan lagu Meraih Bintang.
Masyarakat dibuat takjub di kala rakyat Lombok tidur di dalam tenda-tenda dan menyaksikan reruntuhan bangunan. Lalu, di mana empati sebagai pemimpin negara ketika rakyat terluka tapi justru di lain sisi rakyat merana dan sengsara?
Dengan menggelar pembukaan yang begitu luar biasa dan megah, tentu pemerintah tidak sedikit pula dalam mengeluarkan biaya dalam acara berkelas international tersebut. Francis Wanandi menuturkan besaran biaya yang dikeluarkan yaitu 47 US dollar. Itu total biaya untuk opening dan closing.
Hiruk-pikuk Asian Games, dengan pesta yang sungguh megah, membuat mata dunia terpesona melihatnya. Adalah sebuah capaian yang kurang apik dari pandangan sosial. Apa pasal? Karena masih banyak rakyat yang hari ini tidak mempunyai tempat untuk berteduh, tidak bisa makan, dan juga putus sekolah. Namun, di lain pihak pemerintah dengan santai berjoget ria dalam alunan musik yang menghentak. Inikah potret pencapaian luar biasa yang digembar-gemborkan itu?
Fenomena gempa serta pesta menyambut acara Asian Games 2018 adalah sebuah pelajaran berharga bagi masyarakat dan juga penguasa negara. Karena dengan menganggap bencana adalah teguran bagi yang telah menciptakan alam raya beserta isinya, kita akan senantiasa tunduk patuh terhadap setiap aturan.
Tetapi, jika suatu bencana melanda negeri, lalu penguasa serta rakyatnya abai dan tidak sadar akan pentingnya melaksanakan aturannya, itu adalah sebuah kesombongan.
Wallahu a’lam.
Penulis: Bagas Kurniawan, Aliwa’ Institute
Catatan: Artikel ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis seperti yang tertera, dan tidak menjadi bagian dari tanggungjawab redaksi nusantaranews.co