NUSANTARANEWS.CO, Ciputat – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa pesantren sebagai tulang punggung dan jantung pendidikan Islam di Indonesia, harus terus dikembangkan agar terjaga relevansi, urgensi, serta kemampuannya merespon tantangan dan harapan masyarakat.
Hal itu disampaikannya saat membuka Diklat Teknis Substantif Wirausaha, Agrobisnis, Koperasi, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Pimpinan/Guru Pondok Pesantren di Pusdiklat Kemenag, Ciputat, Senin (08/05/2017).
“Penguatan tidak hanya menyangkut institusionalnya semata. Tapi juga agar para pengelola, pengasuh, guru, dan semua pihak yang berkecimpung di dunia pesantren mengalami proses pengembangan ke arah yang lebih baik. Sebab, tantangan ke depan semakin tidak sederhana karena ekspektasi publik sangat besar,” kata Menag Lukman
Terdapat dua hal, kata Menag, yang harus diperhatikan dalam pengembangan pesantren. Pertama, keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan (tafaqquh fid-din) harus terus diperkuat.
“Karenanya, apapun pengembangan yang dilakukan dalam rangka merespon harapan masyarakat, tidak boleh melupakan hakikat pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memperdalam ilmu keislaman,” ucapnya.
Dengan tegas ia menyatakan bahwa itulah yang tidak boleh dilupakan. “Ada beberapa contoh pesantren yang kehilangan orientasi, terlalu asik mengembangkan diri misalnya di bidang kewirausahaan, lalu semakin turun kualitas out putnya dalam penguasaan studi keislaman,” katanya.
Menag menambahkan, pesantren mendidik para santrinya untuk memiliki wawasan luas dalam bidang keagamaan. Dengan itu, para santri dididik menjadi pribadi yang arif dalam menyikapi keragaman. “Semakin luas wawasan, semakin arif. Sebaliknya, semakin sempit wawasan, semakin mudah menyalahkan yang berbeda dari dirinya,” pesan dia.
Manag melanjutkan, hal kedua yang harus diperhatikan dalam pengembangan pesantren adalah penguatan kemandirian.
“Pendidikan keislaman tertua di Indonesia ini berkembang dengan dijiwai nilai keikhlasan, kemandirian, dan semangat persaudaraan. Ketiganya bahkan menjadi ciri dari pendidikan pesantren. Karenanya, pengembangan pesantren,” terangnya.
“Saya mengajak, selain memperkuat aspek tafaqquh fiddiin, kita perkuat juga kemandirian Pondok Pesantren dengan mengembangkan potensi yang dimiliki,” sambungnya. (rsk/mkd)
Editor: Achmad Sulaiman