ArtikelBerita UtamaFeatured

Perayaan Thanksgiving Merupakan Peringatan Genosida Terhadap Pribumi Amerika

NUSANTARANEWS.CO – Perlu diingat bahwa tidak semua orang Amerika Serikat (AS) merayakan Thanksgiving. Dalam sebuah video yang di rilis oleh sekelompok penduduk asli Amerika yang mengungkapkan perasaan mereka tentang liburan perayaan Thanksgiving – tercatat sebagai bagian dari video seri One Word milik Cut.Com – mereka mengungkapkan arti liburan Thanksgiving itu dengan kata-kata “kesedihan”, “pembantaian” dan “kebohongan”.

Sebagian besar bereaksi negatif, bahkan dengan tegas mengatakan bahwa perayaan Thanksgiving sebagai peringatan “pembantaian”. Ketika dikaitkan dengan Columbus, beberapa dari mereka mengutuk bahkan dengan kemarahan menyebut sebagai sebagai penjelajah “teroris pertama di Amerika”.

Adalah sebuah kenyataan bahwa dalam dua abad AS telah berhasil menulis ulang sejarahnya sendiri menjadi sebuah dongeng mitologis. Padahal AS berdiri dan menjadi makmur sekarang ini adalah berkat dua dosa: pertama, pembunuhan massal penduduk asli Amerika dan penjarahan tanah mereka; kedua, perbudakan.

Mahtowin Munro, mitra pemimpin Indian Amerika Serikat di New England, yang menyelenggarakan demonstrasi tahunan mengatakan bahwa, “Thanksgiving adalah “Cultural whitewashing” yang mengakibatkan mayoritas orang Amerika mengabaikan apa yang terjadi pada penduduk asli.

Baca Juga:  Ribuan Lapisan Masyarakat Hadiri Saat Mantu, Jawa Timur Butuh Dipimpin Khofifah

Kenyataan suram ini menjadi dongeng sebuah bangsa yang memandang dirinya dengan kesadaran kolektif sebagai agen universal untuk kebaikan dan kemajuan. Presiden Ronald Reagan mengungkapkan mitologi ini dengan mengatakan bahwa, “America is a shining city upon a hill whose beacon light guides freedom-loving people everywhere.”

Dalam menulis ulang sejarah tentang Thanksgiving, orang kulit putih Amerika menceritakan dongeng perjuangan mereka untuk bertahan di lingkungan yang baru dan keras. Para pionir menemukan bantuan dari suku Indian-Amerika yang ramah dan sangat murah hati, orang Indian Wampanoag, pada tahun 1621.

Namun sayangnya rasa terima kasih para pemukim Eropa di Amerika tidak berlangsung lama. Pada tahun 1637, gubernur Massachusetts John Winthrop memerintahkan pembantaian ribuan pria, wanita, dan anak laki-laki suku Indian Pequot.

Peristiwa ini merupakan awal yang menandai dimulainya genosida penduduk asli Amerika yang berlangsung selama 200 tahun dengan tujuan untuk mengambil alih tanah dari penduduk asli Amerika dan secara sistematis menjarah sumber daya mereka.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Ajak Muslimat NU Selalu Berkonstribusi Dalam Pembangunan

Genosida yang dimulai pada tahun 1637 dengan penaklukan seluruh benua hingga sebagian besar penduduk asli Amerika dimusnahkan, beberapa berasimilasi ke dalam masyarakat kulit putih, dan sisanya dimasukkan ke dalam reservasi.

Jadi merayakan Thanksgiving di AS sama saja dengan memperingati genosida dan perbudakan atas penduduk pribumi Amerika. Bukan itu saja, kejahatan genosida dan perbudakan kini malah telah menjadi kebijakan AS modern. Seperti halnya serangan sistematis terhadap negara dan budaya negara lain yang terus berlangsung dengan berbagai dalih dan kebohongan yang terang-terangan.

Kebijakan perang mutakhir AS belakangan ini, lebih dahsyat di banding sejarah awalnya. Perang ini telah membuat ratusan juta orang tewas di seluruh dunia demi berdiri tegaknya Amerika. Bahkan sampai hari ini AS masih terus berjuang dengan alasan yang sama: demi memperluas kekayaan segelintir elit orang Amerika.

Sekali lagi, memperingati Thanksgiving sama saja dengan merayakan genosida. Dan memperingati Hari Columbus sama saja dengan memperingati hari kemenangan teroris dunia. (Agus Setiawan)

Baca Juga:  Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

 

Related Posts

1 of 26