Penginkar Setumpuk Ingin dan Rindu – Puisi Yulia Nur Sasih

Rumah Penantian di Tanahmu yang Rindu. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Pinterest)
Rumah Penantian di Tanahmu yang Rindu. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Pinterest)

PENGINGKAR

Dulu katamu
Aku tak akan berpaling
Sekarang nyatanya
Aku bagimu asing
Sakitnya memang tak terlihat
Tapi sungguh sangat menyayat

Purwokerto, 16 Februari 2019

INGIN

Sebenarnya aku ini memiliki rasa
Namun, aku tak pernah punya kuasa
Keberanian mengungkapkan cinta
Wahai rindu di sudut senja sana
Tolong sampaikan padanya
Sekali saja aku ingin disapa

Purwokerto, 19 Februari 2019

SETUMPUK

setumpuk kertas kau biarkan di sudut kamar
tidak pernah kau meliriknya
apalagi membuka dan memahami isinya

setumpuk pakaian kotor kau diamkan di ember biru
tidak pernah kaucium baunya yang langu
apalagi mencoba membawanya ke sungai serayu

setumpuk cintaku yang kau abaikan selama ini
dan penolakan yang datang mendahului
semoga terbayarkan suatu saat nanti

Purwokerto, 18 Februari 2019

RINDU

Jika kemarin rindu
Dan sekarang sangat rindu
Maka, esok adalah pilu

Sedalam itu asaku padamu

KISAH PUTIH ABU

Senang telah mengenalmu lebih jauh
Di masa akhir mendekat perpisahan
Setiap sore pulang sekolah
Kau menemuiku, berdiri di balik pintu
Lalu duduk dan bercerita
Mata kita saling bertatap
Dan aku tak pernah kuasa menahan pipiku yang merah saat itu
Hari sudah sore, katamu
Lantas kita berjalan menuruni tangga bersama
Pernah sekali aku hampir terpeleset
Lalu refleks berpegangan padamu
Kataku, maaf
Sesingkat itu aku dan kamu
Tapi panjang tuk dikenang lalu

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com

Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co

Exit mobile version