Pasangan Suami Istri Cetuskan Ecobricks, Seni Pemanfaatan Sampah Plastik

Pasangan Suami Istri Cetuskan Ecobricks, Seni Pemanfaatan Sampah Plastik. (FOTO: bbksda jatim)
Pasangan Suami Istri Cetuskan Ecobricks, Seni Pemanfaatan Sampah Plastik. (FOTO: bbksda jatim)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pasangan suami istri Russell Maier, pria asal Kanada dan Ani Himawati perempuan asal indonesia cetuskan ide pemanfaatan plastik yang diberi nama Ecobricks.

Ecobricks atau bata ramah lingkungan merupakan botol Plastik yang disi dengan sampah-sampah plastik dengan kepadatan tertentu yang kemudian disusun atau dirangkai menjadi sebuah benda atau bangunan.

Adapun cara pembuatan ecobricks ialah dengan memotong-motong sampah plastik yang bersih dan kering kemudian dimasukan dalam wadah botol bekas air minum atau yang lainya.
“Sampah–sampah tersebut dipadatkan menggunakan batang kayu atau bambu. Untuk menambah nilai seni, sampah plastik berwarna-warni yang dimasukan disusun posisinya,” tulis Penyuluh Kehutanan pada Seksi Konservasi Wilayah IV, Pamekasan, Didik Sutrisno, di laman Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur.

“Botol-botol yang sudah terisi sampah selanjutnya dirangkai dan direkatkan menggunakan lem, untuk membuat kursi, meja atau barang-barang lainya. Selain itu bata-bata ecobrick juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan sebagaimana fungsi bata pada umumnya, tentu semua dilakukan dengan proses yang cukup lama dan butuh kesabaran,” urainya.

Menurut mereka, Ecobricks sangat ampuh untuk mengurangi jumlah sampah plastik, dari hasil praktek dari satu kardus sampah Plastik dapat diringkas menjadi 3 botol Ecobrick (botol minuman kemasan). Sifat sampah plastik yang tidak bisa terurai membuat Ecobrick menjadi bahan bangunan yang tidak dapat lapuk dan sangat ramah lingkungan tentunya.

Kesimpulanya, ecobricks mampu menjadi salah satu cara sederhana pengurangan sampah plastik yang terus diproduksi setiap hari sehingga sangat perlu untuk disosialisasikan. Meskipun tidak mampu menjadi solusi utama permasalahan sampah, namun dengan ecobricks kita telah sedikit berkontribusi menyelamatkan bumi dari tumpukan sampah.

Ide yang dicetuskan pasangan suami istri ini patut dikampanyekan, mengingat sampah sudah menjadi masalah serius di Indonesia.

Didik mengatakan, pada musim penghujan seperti ini sampah yang menumpuk di sungai menimbulkan potensi bencana banjir. Sampah yang tidak terkelola di lingkungan masyarakat menjadi sarang berbagai vektor penyakit dan menimbulkan bau yang tak sedap.

“Setiap tahun jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia semakin meningkat sedangkan jumlah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) jumlahnya sangat terbatas. Dan sampah bukan lagi masalah di kota, namun juga di desa dan di gunung,” kata Didik.

Menurut dia, kampanye budaya hidup 3R (Reduce, Reuse, Recycle) menjadi pilihan yang sederhana namun efektif untuk menekan laju penambahan sampah, khususnya sampah plastik. Ini dengan catatan kita bisa menerapkan prinsip tersebut secara konsisten didalam kehidupan sehari-hari.

“Seperti berbelanja mengunakan tas kain, membawa air minum isi ulang, mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang berguna atau Ecobricks,” tegasnya. (mys/nn)

Editor: Achmad S.

Exit mobile version