Pancasila Sebagai Jawaban Sebuah Bangsa

Membangun Orde Pancasila

Lukisan Yakub Kelana (Nampak muda-mudi Indonesia menuju lambang Garuda Pancasila). Ilustrasi: NusantaraNews.co

NUSANTARANEWS.CO – Diakui atau tidak, lahirnya Pancasila sesungguhnya menjawab kegelisahan warga negara, yang pada gilirannya adalah sebagai sumber inspirasi untuk seluruh kerangka pemikiran kebangsaan. Di dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.

Menurut Pendiri Strategic Study Center Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso Pancasila merupakan ideologi bangsa yang lahir dari proses perdebatan yang cukup panjang. Lahir pada saat bangsa Indonesia belum menemukan titik pijaknya dalam melangkah mengisi kemerdekaan yang baru didapatkan.

Paling tidak menurutnya, ada dua mainstream pemikiran yang berkembang pada proses perumusan Pancasila. Antara lain, nasionalis kebangsaan dan keagamaan yang lebih menginginkan negara berbasis agama Islam.

“Dua kerangka ideologis inilah yang sangat kuat mewarnai konstelasi perdebatan menuju suatu rumusan kesepakatan,” ungkap Djoko dikutip dalam sebuah keterangannya.

Kondisi ini menurut mantan Panglima TNI ke-13 itu, tampak seakan paradigma keagamanaan terpisah dan berposisi vis a vis dengan paradigma nasionalis, sementara hal ini merupakan sebuah kekaburan dimensi pemahaman yang tidak komprehensif.

“Namun para pendahulu bangsa ini benar-benar tepat memaknai Islam dalam kesatuan dan akomodatifnya pada ide-ide kenegaraan-kebangsaan modern,” sambungnya.

Djoko menilai seluruh ayat dalam Pancasila bertitik tolak pada dua pola hubungan yang utuh, ketuhanan dan kemanusiaan (hablun minallah dan hablun minannas). Prinsip ketuhanan menurutnya mengadaikan terjalinnya keyakinan, tidak hanya individu tapi seluruh warga atas nama negara, terhadap hadirat Tuhan bagi seluruh manusia.

“Keyakinan ini sebenarnya tidaklah mengacu pada konsep teologis agama tertentu, namun merupakan simbol dan substansial dari keberadaan nilai-nilai agama ini, sehingga ia menjadi kalimatun sawa, yaitu pandangan dan sikap bersama sebagai warga negara,” tegasnya.

Namun Djoko menilai, Pancasila tampaknya masih terlalu awam dan abstrak untuk ditangkap oleh bangsa Indonesia pada umumnya. Sehingga, lanjut dia, perlu dijabarkan agar nilai tersebut aplikatif dalam kehidupan setiap individu bangsa Indonesia. (*)

Editor: Romandhon

Exit mobile version