Omah PMII Yogyakarta: Dari, Oleh dan Untuk Sahabat

KH. A Malik Madany saat memimpin salah satu acara di Omah PMII Yogyakarta. Foto Isitmewa/ NusantaraNews

KH. A Malik Madany saat memimpin salah satu acara di Omah PMII Yogyakarta. Foto Isitmewa/ NusantaraNews

NusantaraNews.co, Yogyakarta – Omah PMII Jogja dibangun sejak puluhan tahun lalu dan sempat mangkrak selama puluhan tahun pula. Sebab, memang tidak ada dana untuk melanjutkan pembangunan waktu itu. Akhirnya, pada tanggal 3 Agustus 2016 pembangunan dilanjutkan kembali. Setelah melalui proses panjang pembahasan di YBHI (Yayasan Bakti Harkat Indonesia) dengan menunjuk sahabat Fauzi Rahman dan sahabat Sony Amir Sholikhuddin sebagai pelaksana pembangunan dengan catatan tanpa imbalan apapun dari Yayasan.

“Pembangunan Omah PMII dilakukan dari iuran murni para Alumni PMII Yogyakarta. Alhamdulillah tidak sampai 1 tahun selesai dan sudah diresmikan pada 23 Juli 2017. Seperti yang kita saksikan bersama bangunan yang cukup megah dan artistik, dan yang paling membanggakan adalah bisa menginspirasi daerah-daerah lain untuk juga membangun Omah PMII,” tutur Direktur Omah PMII Yogyakarta, Fauzi Rahman kepada redaksi NusantaraNews.co, Rabu (25/10/2017).

Merujuk kalimat arif, Fauzi menyampaikan, membangun itu lebih mudah daripada merawat, meski kenyataannya membangun juga tidak mudah. Kalimat itulah, lanjutnya, yang menjadi landasan Yayasan untuk mengelola OMAH PMII Yogyakarta secara profesional. “Sebab perawatan tentu butuh manajemen pengelolaan yang baik, gedung terus bersih karena sudah ada yang merawat,” tegas Fauzi.

“Perlu diketahui, sebelum dikelola dengan profesional dan habis dipakai oleh sahabat-sahabat, kita menyaksikan puntung rokok dimana-mana, sampah berserakan dan tentu meninbulkan bau yang tidak sedap, dan yang paling parah karpet di Musholla banyak berlubang akibat dari sahabat-sahabat yang merokok sembarangan,” tuturnya.

Ini yang penting, lanjut dia, Pengurus Cabang, Komisariat dan Rayon sudah diberikan 1 lantai di lantai 3 yang sangat luas untuk beraktifitas, dan di lantai 3 inilah Pengurus Cabang dan semua kader PMII Jogja beraktifitas bebas selama 16 jam dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam.

“Kenapa sampai jam 10? Karena ini kesepakatan kita dengan warga kampung sekitar Omah PMII Yogyakarta, dan bahkan di lantai 3 ini sekarang tengah disiapkan meja dan kursi serta kipas angin untuk kegiatan rapat. Tentu tentang listrik dan perawatannya harus diurus sendiri,” terangnya.

“Dengan dikasih fasilitas yang menurut kami sudah gratis dan luas seperti ini masih ada tuntutan untuk menempati 24 jam dan akhirnya akan jadi kos-kosan. Inilah yang oleh Yayasan tidak disepakati. Bahkan, yang sangat kita hormati KH. A. Malik Madany mewanti-wanti agar jagan sampai ditempati 24 jam apalagi bermukim permanen di lantai 3. Tak terbayang apa yang akan terjadi tentunya dengan fasilitas yang tak kurang suata apa. Jadi sahabat-sahabat kalau mau mengadakan kegiatan yang gratis ya di lantai 3. Tapi kalau memakai Aula dan Meeting Room tentu harus mengikuti aturan yang disepakati oleh Yayasan dan Pengelola,” jelas Fauzi lebih lanjut.

Tak hanya itu, Fauzi juga menyampaikan bahwa Yayasan Bakti Harkat Indonesia (YBHI) setiap bulan sekali mengadakan Mujahadah bersama, Kajian Kitab Kuning Klasik sebulan 2x yang diasuh oleh KH. A. Malik Madany. “Dan kemaren juga sudah direncanakan ada Kajian Keislaman yang akan diasuh oleh Prof Dr. H. Machasin dan kegiatan ini sama sekali tidak dipungut biaya bahkan minimal dapat minum dan makanan ringan/kecil, ini salah satu fungsi gedung untuk Pengkaderan,” imbuhnya.

Berdasar kenyataan di atas, Fauzi menekankan bahwa, tulisan sahabat Ainun Najib dan Ken Per_Wira Sableng (nama samaran) berjudul “Tarif Aduhai, Omah PMII untuk Siapa?” terlalu emosional, tidak berdasar dan mengabaikan logika sehat. Dalam mengelola Omah PMII tentu butuh regulasi dan aturan agar gedung bisa terawat dengan baik dan kegiatan juga bisa berjalan dengan baik.

“Bahkan pengelola juga memberi contoh bagaimana memanej gedung dengan baik, baik keuangan, administrasi maupun pemasarannya,” jelasnya.

“Ada beberapa sahabat yang mencoba “mengakali” aturan yang sudah dibuat dengan alasan hanya mau pakai musholla dengan halaman Omah PMII agar terhindar dari membayar, ini menurut kami pengelola adalah hal yg kurang baik. Jangan tanamkan di otak kita utuk hanya menuntut tapi juga bagaimana memberi dan berkontribusi untuk Omah PMII yang milik kita bersama,” imbuh Fauzi.

Ia menambahkan bahwa, demi membiayai operasional gedung, lantai bawah sudah disewa untuk Koperasi Pershahindo (Persatuan Sahabat Indonesia), Mini Market SARBUMUSI dan Yayasan Ashabul Qoriyah. Inilah cara mengelola dengan profesional agar OMAH PMII tidak kumuh seperti gedung-gedung milik kita lainnya.

“Sudah berkali-kali kita rapat dengan Pengurus Cabang, Komisariat, dan Rayon. Dan mereka menyepakati aturan-aturan yang telah kita musyawarahkan bersama,” tutup Fauzi Rahman. (Ellisa M. Sholeh)

Editor: Ach. Sulaiman

Exit mobile version