Mobilisasi Armada Ke-5 AS di Teluk Persia Jelang Peringatan Syahidnya Soleimani

Mobilisasi Armada Ke-5 AS di Teluk Persia jelang peringatan syahidnya Soleimani.
Mobilisasi Armada Ke-5 AS di Teluk Persia jelang peringatan syahidnya Soleimani/Foto: Defense Brief

NUSANTARANEWS.CO, Teheran – Mobilisasi Armada Ke-5 AS di Teluk Persia jelang peringatan syahidnya Soleimani. Beberapa waktu lalu, tepatnya pada 21 Desember Kapal Selam Angkatan Laut Israel telah melintasi Terusan Suez bersamaan dengan melintasnya Kapal Selam USS Georgia serta dua kapal penjelajah kelas Ticonderoga di Selat Hormuz. Armada Ke 5 Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa kapal-kapal perang itu akan bergabung dengan Kelompok Serang Nimitz yang telah berada di Teluk Persia sejak bulan September lalu.

Kapal Selam kelas Ohio tersebut merupakan kapal selam bermuatan rudal nuklir pertama dari kelasnya yang melakukan perjalanan ke Teluk Persia dalam satu dekade terakhir di tengah memuncaknya ketegangan AS-Iran setelah terjadinya insiden serangan roket terhadap Kedubes AS di Irak pada 20 Desember menyusul pembunuhan ilmuwan nuklir Iran dan menjelang peringatan hari syahidnya Komandan Pasukan Quds Iran Jenderal Qassem Soleimani oleh serangan drone AS di Irak pada 3 Januari 2020.

Seorang pejabat Angkatan Laut AS mengkonfirmasi kepada Fox News bahwa mobilisasi terbaru militer AS di Teluk Persia telah direncanakan menjelang peringatan pembunuhan Komandan Pasukan Quds Iran di Irak pada 3 Januari mendatang.

Teheran sendiri menanggapi langkah Washington ini sebagai “meningkatkan ketidakamanan dan menghasilkan kesalahpahaman yang berbahaya”, kata kepala keamanan Iran melalui Twitter pada Senin (28/12).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh pada jumpa pers 28 Desember mengomentari apa yang disebutnya “langkah berisiko” Amerika.

“Kami tidak mencari ketegangan, tetapi tanggung jawab atas konsekuensi tindakan berisiko yang mengarah pada eskalasi ketegangan ada di AS. Anda pasti tahu bahwa Iran tidak akan bercanda dengan siapa pun terkait dengan kepentingan dan keamanan nasional kami,” katanya. “Teheran siap untuk skenario apa pun”, tegasnya.

“Saya berharap bahwa pada hari-hari terakhir ini sebelum Presiden (Donald Trump) meninggalkan Gedung Putih, mereka akan berhenti meningkatkan ketegangan,” tambahnya.

Meski begitu, Surat kabar Kuwait Al-Qabas melaporkan bahwa Iran telah meningkatkan sistem pertahanan udaranya di dekat fasilitas nuklirnya, sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan serangan militer AS menjelang akhir masa jabatan Presiden Trump, pasca pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran yang terkemuka. (AS)

Exit mobile version