Minyak Rusia Membanjiri Pasar Global

Minyak Rusia Membanjiri Pasar Global
Minyak Rusia membanjiri pasar global/Foto: energyintel.com

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sanksi Barat bukan saja tidak efektif malah sebaliknya menjadi berkah bagi industri migas Rusia. Energi Rusia kini mulai membanjiri pasar seluruh dunia.

Beberapa negara Asia, khususnya Asia Barat mulai mengimpor BBM Rusia dalam jumlah besar dengan harga diskon, dimana mereka kemudian menjualnya kembali dengan merek sendiri dan meraih keuntungan yang signifikan.

Tercatat selama kuartal awal tahun ini ekspor lintas laut minyak mentah Rusia mencapai 3,5 juta barel per hari (bph), melampaui 3,35 juta bph yang tercatat pada awal konflik Ukraina tahun lalu dengan pelanggan baru Cina, India, dan negara-negara Teluk Persia.

Sektor energi, khususnya minyak dan gas memang sangat vital bagi anggaran pemerintah Rusia karena menyumbang 45 persen pada tahun 2022. Sehingga tidak mengherankan bila Rusia bergerak cepat mendiversifikasi ekspor energinya guna mengisi celah berkurangnya ekspor minyaknya ke Eropa

Secara umum, sanksi Barat memang tidak berdampak signifikan pada jalur pasokan BBM Rusia karena pembeli baru segera mengisi celah yang ditinggalkan oleh pasar UE. Apalagi dengan harga diskon. Jika dibanding dengan harga gas alam cair (LNG) Rusia – harga LNG Amerika Serikat (AS) bisa lebih mahal hingga $1.000 per tonnya. Jadi sekarang Uni Eropa harus membayar lebih mahal produk dari AS.

Fenomena menarik dari transaksi perdagangan migas Rusia ini adalah meninggalkan patokan harga yang berbasis di Amerika dan sistem SWIFT Barat dengan menerima penggunaan berbagai mata uang seperti rupee India, renminbi Cina, dan mata uang regional lainnya.

Langkah Rusia ini telah memungkinkan negara-negara seperti Arab Saudi, UEA, Cina, India, dan Iran untuk mengimpor secara besar-besaran energi Rusia bukan untuk konsumsi domestik, tetapi untuk diekspor kembali ke pihak ketiga yang kekurangan energi.

Arab Saudi, menurut Reuters telah mengimpor bahan bakar Rusia dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memanfaatkan harga yang lebih rendah untuk membangun cadangan bahan bakar di hub Fujairah, yang terletak di UEA.

Saat ini, Asia Barat memainkan peran yang semakin penting sebagai pemasok bahan bakar industri ke Eropa dan Afrika, dengan Arab Saudi, Kuwait, dan Rusia berkontribusi pada cadangan bahan bakar di Asia.

Sebagai produsen terbesar dalam OPEC dan pengekspor minyak global teratas, Arab Saudi harus meningkatkan pasokan energi globalnya – sambil menjaga produksinya tetap rendah, sesuai keputusan OPEC+.

Tercatat pada Maret dan awal April tahun ini, Arab Saudi telah mengimpor 261.000 metrik ton diesel Rusia. Tiga kontainer dibongkar di Jeddah, sedangkan satu kontainer dikirim ke Ras Tanura. Kisaran harga free-on-board untuk kargo diesel Rusia yang dijadwalkan dimuat pada bulan Maret berkisar antara $60 hingga $70 per barel.

Harga ini hampir $20 per barel lebih rendah dari “patokan Timur Tengah”, yang jatuh di bawah batas harga $100 per barel yang ditetapkan oleh konsorsium G7, sehingga memungkinkan pedagang untuk menggunakan kapal barat dan layanan asuransi untuk mengangkut bahan bakar Rusia.

Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia telah memperingatkan Komisi Eropa bahwa negara-negara pengekspor minyak di Asia Barat mendapat banyak keuntungan dari konflik di Ukraina.

Studi ini meneliti implikasi dari peningkatan impor minyak Rusia oleh negara-negara Asia Barat, yang telah memanifestasikan dirinya terutama melalui kenaikan harga dan menciptakan peluang untuk penyulingan, penyimpanan, dan distribusi minyak Rusia.

Menurut analis, eksportir utama dari kawasan Teluk Persia, seperti Arab Saudi dan UEA, akan menjadi “kepala penyeimbang di Eropa”, menyediakan pasokan minyak bumi ke benua itu.

Parlemen Uni Eropa terpaksa memulai diskusi tentang fenomena baru dan menyelidiki “bukti apa yang dimiliki Komisi untuk mendukung klaimnya bahwa bahan bakar diesel yang diimpor dari Arab Saudi bukan sekadar mengganti nama minyak mentah Rusia?

Kelompok ini juga menyelidiki kesenjangan harga antara impor minyak bumi yang didiskon Arab Saudi dari Rusia dan impor minyak bumi dari kerajaan untuk UE. Ini bertujuan untuk menentukan apakah Arab Saudi dan pengaruh pasar lainnya saat ini memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan impor Eropa dan mencegah kontraksi pasar akibat larangan minyak Rusia.

Tak dapat dipungkiri bahwa energi Rusia telah memenuhi kembali kebutuhan pasar Eropa dan AS. Boleh jadi 40% impor minyak AS berasal dari Rusia – yang dikirim oleh para pedagang di Asia Tenggara, Asia Selatan, Azerbaijan, Kazakhstan, Turki, dan seluruh Asia Barat yang telah diubah mereknya.

Membanjirnya energi Rusia di pasar global memang tidak dapat dilepaskan dari peran penting Cina dan India dalam kemampuan untuk menghindari sanksi barat. India, telah muncul sebagai pemain penting di pasar minyak global dengan mengimpor minyak mentah Rusia dan mengubahnya menjadi bahan bakar untuk pasar Eropa dan AS.

Produsen minyak terbesar di Rusia, Rosneft, dan penyuling India terbesar, Indian Oil Corp, dapat meningkatkan dan mendiversifikasi jenis minyak yang diangkut ke India.

Baru-baru ini dilaporkan bahwa Rusia telah mulai mengekspor bensin dan solar ke Iran dengan kereta api awal tahun ini. Iran membutuhkan gas alam dan solar untuk menjalankan pembangkit listrik dan kilangnya. Namun Iran dapat pula menggunakan konsinyasinya dengan Rusia untuk diekspor kembali ke negara lain seperti ke Afghanistan, irak dan Pakistan yang bernilai miliaran dolar untuk minyak Iran. (Agus Setiawan)

Exit mobile version