Merawat Kehidupan Lewat Tulisan

merawat kehidupan, lewat tulisan, tulisan, resensi buku, nusantaranews
Merawat Kehidupan Lewat Tulisan. (Foto: Ist)

Resensi Buku: Merawat Kehidupan Lewat Tulisan

Cerita kehidupan sehari-hari sangat menarik untuk dituliskan. Meski nampak sederhana, namun punya berjuta makna. Walau tidak bagi semua orang, memang. Hanya beberapa orang tertentu saja yang mampu menuliskan keseharian itu menjadi sebuah cerita yang apik dan menarik untuk dibaca.

Itulah yang dilakukan oleh Nevatuhella melalui bukunya ini. Buku yang terdiri dari 22 bagian ini secara keseluruhan menceritakan keseharian dan kehidupan yang dijalaninya. Bentuk keseharian itu dapat terlihat dari sub-sub yang berjudul Soal Rezeki, Melawan Kantuk, Hobi Menulis, Cerita Sepasang Kaos Kaki, Keraguan Ikut Pemilu, dan lainnya.

Sekumpulan catatan harian itulah yang dikemas dalam bentuk sederhana. Jadilah sebuah buku kumpulan catatan yang tidak beribet-ribet dengan kata. Pembaca tak dipusingkan oleh makna atau tafsir yang berbelit-belit. Nevatuhella menutur setiap kalimat secara tertata, membuktikan kepiawaiannya dalam menulis.

Tentunya, kita tidak dapat memaknai judul buku ini secara harfiah. Di awal buku ini telah dijelaskan bahwa kata ‘langit”’ mengisyaratkan adanya unsur-unsur transenden atau ke-ilahi-an yang mengikat makhluk, termasuk manusia yang tinggal di bumi.

“Waktu kita masih kecil, Tuhan selalu kita tempatkan seolah-olah berada di atas langit. Dilangit yang tertinggi. Apakah Tuhan juga harus mempunyai rumah tempat tinggal seperti kita? Tuhan berumah disana? Tuhan tentunya tidak sama dengan makhluk apapun. Apalagi dengan makhluk yang diciptakannya.

Judul: Perjuangan Menuju Langit
Penulis: Nevatuhella
Penerbit: BPAD-SU
Cetakan: Pertama, Agustus 2016
Tebal: x + 126 halaman

“Maka saya selalu membatasi pikiran saya pribadi––ada waktunya––mengada-ada mempersamakan diri saya sebagai makhluk dengan Tuhan sebagai bukan makhluk. Tuhan ya Tuhan. Tuhan adalah sesuatu yang tak terbatas (unlimited subject) yang mempunyai sifat kelengkapan ke-maha-an atas apa saja yang terjangkau atau pun yang tak terjangkau oleh pikiran dan persepsi kita.” (hal. viii).

Atas penjelasan ini, saya memaknai bahwa perjuangan menuju langit adalah bentuk perjuangan sang penulis untuk mencapai sebuah taraf ilahiah yang mapan. Disini kita memahami letak keterbatasan manusia sebagai makhluk, sebagai hamba. Dari segala keterbatasan, sang penulis sebagai hamba terus mencoba untuk berproses menjadi lebih baik bagi diri sendiri dan lebih bermanfaat bagi orang lain.

Meski sebenarnya, Nevatuhella sekadar membuka tabir-tabir yang sudah umum. Letak uniknya ialah sang penulis berhasil mengungkapnya dengan cara yang berbeda. Ia menawarkan sebuah nuansa yang penuh estetika sekaligus bermakna, meski sekecil apa. Dari bentuk penuturannya, terlihat Nevatuhella sama-sekali tidak terbebani dalam mengerjakan tulisan-tulisan dalam buku ini.

Seolah setiap huruf lahir secara alami, setiap kata tidak dibuat-buat, kemudian terangkai menjadi kalimat yang lugas, santun dan terutama tidak memusingkan pembaca. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan penyair Sartika Sari dalam endorse-nya, “Saya tidak merasa dedang terjerumus dalam naskah dakwah atau orasi keagamaan. Sastrawan Hidayat Banjar juga menambahkan, tanpa mendikte, Nevatuhella mengajak pembaca untuk berjuang menuju keilahian.

Semua ini saya kira berdasar kepada pengakuan Nevatuhella. Saya memang merasa jarang menulis hal-hal yang tidak berguna. Semacam pembodohan kepad pembaca. Sekadar untuk populer lantas saya ikut arus lingkungan. Saya selalu berpikiran ke depan dalam menulis. Dengan menulis iman saya bisa bertambah, karena menulis bagian dari menegakkan kebenaran yang diajarkan oleh Islam. (hal. 78).

Pada akhirnya, Nevatuhella, melalui tulisan-tulisannya ini telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, bagi pembaca buku ini, khususnya. Sekarang tergantung pada pembaca, apakah juga akan turut berjuang menuju langit, menuju jalan ilahiah itu.

Peresensi: Muhammad Husein Heikal, Mahasiswa Studi Ekonomi di Universitas Sumatera Utara

Exit mobile version