Menyelami Semangat Film “Jejak Langkah Dua Ulama”

Menyelami Semangat Film
Menyelami Semangat Film “Jejak Langkah 2 Ulama” yang merupakan karya kolaborasi antara Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang dengan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Muhammadiyah

NUSANTARANEWS.CO – Menyelami semangat film “Jejak Langkah 2 Ulama” sebagai sebuah karya kreatif kolaborasi antara Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang dengan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah. Film ini mengangkat kisah perjalanan dua orang tokoh pendiri ormas keagamaan terbesar di Indonesia (NU dan Muhammadiyah), KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan. Bagaimana kedua tokoh bangsa itu mulai menapaki langkah perjuangan, akan menjadi goal besarnya. Proses produksi yang jauh dari hiruk pikuk “selebrasi” medsos (media sosial) itu, kini masih terus berjalan.

Tanpa trailer yang bertujuan  memburu “sensasi”, proses produksi film Jejak Langkah 2 Ulama terus berjalan. Secara resmi Film ini sudah ditandatangani kerjasamanya oleh KH Solahudin Wahid dan Prof Haidar Nashir pada 19 November 2019. Dan pada 22 Februari bisa dilihat langsung secara serentak di bioskop di seluruh Indonesia. Bahkan sebelum tayang di Bioskop, pada awal bulan Februari 2020,  masyarakat sudah bisa menikmati melalui acara Nobar (nonton bareng) di berbagai daerah.

Pemutaran film Jejak Langkah2 Ulama selain diputar di gedung bioskop. Tim manajemen bersepakat memutar film secara marathon dari satu pesantren ke pesantren, madrasah, dan organisasi dibawah naungan NU dan Muhammadiyah.

Khusus pemutaran di pesantren, Tim sudah berkomunikasi dengan pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahuddin  Wahid (Gus Solah), termasuk berencana meminta bantuan PBNU, terutama terkait pelibatan Rabithah Ma’ahid Al-Islamiyah (RMI) selaku bagian organisasi NU yang mengurusi pesantren. Sesuai data RMI  Indonesia memiliki 29 ribu lebih pondok pesantren dengan lebih lima juta santri, serta 90 juta komunitas santri.

Syuting di Jombang, Kediri dan Jogja

Berbeda dengan The Santri yang lebih banyak mengambil gambar di wilayah Blitar. Syuting film Jejak Langkah 2 Ulama lebih memilih lokasi Jombang, Kediri dan Jogjakarta.

Terutama untuk kebutuhan materi gambar Mbah Hasyim, sutradara Sigit Ariansyah lebih banyak syuting di Keras, Diwek Jombang yang merupakan tempat tinggal orang tua Mbah Hasyim.

Sigit Ariansyah merupakan sineas yang sudah 15 tahun berkecimpung sebagai sutradara film festival, film pendek, film dokumenter dan film iklan. “Potret Guru Ngaji di Pedalaman”, salah satu karya film dokumenternya yang banyak diperbincangkan.

Film “Lubang Tak berujung”  dan “Desember 26” juga hasil tangan dingin Sigit.  Sigit berlatar belakang santri. Dia memiliki rekam jejak sebagai alumnus Ponpes Modern Darussalam Gontor Ponorogo.

Sebelum ke Gontor dan kuliah di Kampus HOS Cokroaminoto Yogyakarta, masa kecil Sigit dihabiskan di Jombang. Liku liku hidupnya tidak jauh dari tradisi dan budaya NU dan Muhammadiyah.

Ibunya juga mantan pengurus Muslimat NU. Tidak heran Sigit mantap menyebut diri sebagai seorang MuhammadiNU (Muhammadiyah dan NU).

Menurut Gus Antok, syuting di Keras, Diwek berlangsung sejak bulan September lalu. “Untuk mengambil latar belakang zaman dahulu, tim membangun beberapa rumah dari bambu, “terangnya.

Disamping unsur profesional, keluarga kedua tokoh, santri dan masyarakat umum, film Jejak 2 Ulama juga melibatkan Barisan Ansor Serba Guna (Banser). Sebanyak 25 anggota Banser mendapat peran sebagai Laskar Hizbullah,

Syuting Banser berlangsung di  Pondok Pesantren Ringin Agung Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Menurut Gus Antok, terlibatnya Banser sangat penting  untuk  mengembalikan ingatan masyarakat tentang perjuangan para santri, insan pesantren dan kiai.

“Secara resmi kita memang mendapat permohonan dari tim pembuat film 2 ulama agar Banser berperan sebagai Laskar Hizbullah. Mereka minta 25 personil dan kita sediakan 30 orang

Sosok Hadratussyaik Hasyim Asy’ari dalam film Jejak Langkah 2 Ulama diperankan Gus Riza Yusuf Hasyim, putra KH M Yusuf Hasyim, yang sekaligus cucu Mbah Hasyim. Sedangkan Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng Gus Fahmi Amrullah berperan sebagai KH Sholeh Darat.

Selain di Kediri, Jombang dan Jogjakarta, pengambilan gambar juga dilakukan di Bangkalan, Madura. Pengambilan tempat itu tidak lepas dari jejak perjalanan kedua tokoh ulama. Bahwa keduanya menimba pengetahuan dari guru yang serupa.

Seperti KH Sholeh Darat dari Semarang, KH Cholil Bangkalan dan sejumlah ulama Indonesia yang masyhur di Makkah, semisal Syeh Ahmad Khatib Al Minangkabauwy, Syeh Al Bantany dan Kiai Dimyati asal Tremas, Pacitan.

Gus Antok menambahkan, bahwa sejarah perjuangan ulama atau pahlawan sepatutnya memang harus sering divisualkan, khususnya dalam bentuk film. Dengan begitu menjadi pelajaran bagi generasi muda yang mulai kebingungan mencari sosok panutan.

“Dan kita sangat bangga, semakin banyak rumah produksi yang mengakui pengorbanan ulama, santri dan pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan, “paparnya.

Film “Jejak Langkah 2 Ulama” memiliki misi meluruskan posisi dua tokoh Islam Indonesia, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari yang selama ini dibelokkan seolah olah berseberangan dan berbenturan.

Kiai Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhammadiyah (1912), ormas Islam yang berdiri 14 tahun lebih tua sebelum kemudian Kiai Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926.

Salah satu poin utama hadirnya film Jejak Langkah 2 Ulama adalah memperkuat persamaan keduanya yang sama sama pernah mengangsu ilmu kepada Kiai Shaleh Darat, Semarang.

“Itu lah kita cari persamaan KH M Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, biar bisa jadi contoh, “ujar Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz saat ditemui di Ponpes Tebuireng.

Saat nyantri kepada Kiai Sholeh, Ahmad Dahlan masih berusia 16 tahun, sementara Hasyim Asy’ari 14 tahun. Dari mata air pengetahuan yang sama dua pemuda yang terkenal cerdas itu menyerap pelajaran ilmu fiqih, tasawuf dan berbagai macam ilmu agama lainnya. Soal kemudian basis umat keduanya berada di kawasan  kota dan pedesaan, itu hanya masalah pembagian peran.

Sekilas Jejak langkah dua ulama ini akan mengingatkan kita akan Film Sang Kyai dan Sang Pencerah. Namun Film Jejak Langkah Dua Ulama ini menggabungkan sisi cerita keduanya. Yang terpenting dari film ini adalah bagaimana hubungan dua ulama besar Indonesia yakni KH Hasyim Asyari (NU) dan KH Achmad Dahlan (Muhammadiyah). Ini juga sekaligus menegasikan upaya sekelompok kecil dan indivisu yang selama ini berusaha membelokkan dengan menempatkan kedua tokoh (Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim)  seolah olah berseberangan.

Padahal perbedaan amaliyah pengikut Muhammadiyah dan NU yang terus dibesar besarkan itu sebenarnya bersifat furukiyah (hal kecil).

Film ini sungguh mengajarkan kita akan persatuan, perbedaan dan pluralisme serta menumbuhkan semangat nasionalsme di antara kita sesama anak bangsa. (Aji Setiawan)

Film : Jejak Langkah Dua Ulama
Sutradara : Sigit Ariansyah
Produser : H Syukriyanto, KH salahudin Wahid
Pemain : Riza Yusuf Hasyim, Fahmi Amrullah dll.

Exit mobile version