NUSANTARANEWS.CO – Masalah banyaknya konsumen jasa traveling dan wisata yang direbut oleh travel agen asing ilegal merupakan sinyal bagaimana Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) sesungguhnya telah kalah bersaing dalam perdagangan pasar bebas. Lantaran ia tak mampu melindungi usaha travel dalam negeri.
“Menurut saya wajar saja banyak masyarkat Indonesia lebih tertarik mengunakan travel agen asing yang ilegal dan legal. Mungkin saja dari sisi harga, kemudahan, kualitas dan layanan jauh lebih baik dari travel agen milik asing,” kata Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Arief Poyuono, Rabu (11/1/2017).
Apalagi saat ini, lanjut dia, kemajuan Teknologi informasi Komunikasi dan Telekomunikasi (ICT), berkembang pesat terutama travel agen dan jasa layanan transportasi dari luar negeri yang sudah banyak mengunakan Informasi teknologi dan komunikasi untuk melakukan marketing, promosi dan penjualan produk-produk mereka sehingga mudah diakses dan dilihat oleh konsumen di Indonesia.
“Travel agen dan Airlines kita kurang bisa melihat strategi pengunaan ICT untuk merebut pasar Jasa perjalanan dan transportasi di luar negeri, ini juga peyebab kenapa asing bisa merebutnya,” tandas Arief.
Menurutnya, itu akibat ketidak mampuan pemerintah yang mengurusi sektor kominfo dan pajak serta Industri pariwisata yang menyebabkan negara dirugikan puluhan triliun. Mereka tidak bisa melihat adanya peluang besar adanya penerimaan negara dari travel agen yang menjual produk melalui online serta banyak transaksi belanja online berbagai macam jasa dan produk dari luar negeri.
Baca: Travel Agen Asing Illegal Marak, Jokowi Dinilai Gagal
“Yang pasti kalau cerdas dan bisa menangkap setiap peluang dari globalisasi maka engak perlu pemerintah menaikkan harga BBM, pajak kendaraan bermotor serta mencabut subsidi listrik 900 KW, ya tidak tertutip kemungkinan sebentar warteg dan pedagang kaki Lima dan pedagang Bakso keliling dipalakin juga lewat pajak karena minimnya penerimaan Negara,” tambah dia.
“Yang pasti belajar dari kasus travel agen asing dampaknya jelas akan mengurangi kesempatan kerja. Terutama bagi tour guide dan pekerja di sektor jasa travel agen,” tutup dia. (red-01/emka)