Menhan AS Keluarkan Statemen Tajam Terkait Korea Utara

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis/Foto: Politico

NUSANTARANEWS.CO – Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis mengeluarkan statemen tajam terkait dengan program nuklir dan misil balistik Korea Utara. Menurut Mattis, sikap dan tindakan Korea Utara adalah ancaman jelas dan nyata.

Tak hanya soal rudal dan peluru kendali Korea Utara, Mattis juga mengkritik China dan menuding negara komunis itu telah meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan, terutama soal perebutan pulau-pulau.

Mattis berharap, dengan dikeluarkannya peringatan AS tersebut China akan menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan program nuklir Korea Utara. Washington juga, kata dia, terus mendorong China untuk mengubah jalur di Laut China Selatan.

Berbicara di sebuah konferensi keamanan internasional di Singapura, Mattis mengatakan bahwa administrasi pemerintahan Trump mendorong komitmen China untuk bekerjasama dengan AS untuk menyingkirkan senjata nuklir Korea Utara. Washington berharap China dapat melihat rezim Kim Jong-un sebagai sebuah kewajiban untuk dikendalikan ketimbang menganggapnya sebagai sebuah aset.

Mattis juga tak henti-hantinya mengkritik Korea Utara yang selalu memandang Amerika Serikat sebagai ancaman militer hanya karena melakukan pelatihan militer secara berkala dengan Korea Selatan. Meski terisolasi secara politik dan ekonomi, Korea Utara diketahui memang telah lama menganggap AS sebagai ancaman keamanan.

Untuk itu Mattis menyebut Korea Utara kini merupakan sebuah ancaman militer yang mendesak untuk segera diselesaikan.

“Kami bekerja secara diplomatis, secara ekonomi, kami mencoba membuang semua kemungkinan alternatif untuk mencegah perlombaan senjata nuklir karena Ini melanggar ketentuan PBB, termasuk kegiatan Korea Utara. Kami ingin menghentikan ini, kami menganggapnya sudah mendesak,” kata Mattis seperti dikutip Fox News.

“Suka atau tidak, kita adalah bagian dari dunia. Betapa dunia akan terasa sulit jika kita semua keluar dari komitmen ketentuan yang berlaku,” katanya kepada Reuters. (ed)

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version