NUSANTARANEWS.CO – Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan, menyampaikan bahwa selain menjadi penyebab rusaknya postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), utang menjadi momok bagi ancaman gagalnya sebuah negara. Menurutnya, utang tak ubahnya seperti bom waktu yang setiap saat bisa meletus.
“Kita tidak ingin utang yang mencapai lebih dari Rp4.000 triliun (sekitar Rp3.300 di antaranya adalah utang pemerintah pusat) menjadi sebab rusaknya postur APBN yang harusnya sebesar-besarnya pembangunan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata,” ungkapnya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Nusantaranews, Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
Heri menyebutkan, Pemerintah pusat berutang bukan untuk tujuan pembangunan kesejahteraan dan hal-hal produktif lainnya, melainkan untuk membayar bunga utang yang sudah jatuh tempo. Untuk diketahui, bunga utanh terus melonjak. Tahun depan, kurang lebih sekitar Rp210 triliun.
“Inilah yang jadi sebab keseimbangan primer terus tertekan pada RAPBN 2017 sudah mencapai negatif Rp111,4 triliun. Hasilnya, kita defisit terus-menerus,” ujarnya.
Untuk itu, Heri pun mempertanyakan apakah ini pertanda bahwa negara ini sedang di ujung tanduk, sewaktu-waktu bangkrut dan gagal?.
“Saya, dan kita semua, tidak ingin hal itu terjadi. Kita tidak ingin negara kaya raya ini bernasib serupa dengan Yunani yang bangkrut gara-gara kesulitan liquiditas untuk membayar utangnya,” katanya.
Menurutnya, seluruh elemen nasional tidak rela jika negara ini gagal. Generasi masa depan akan mengutuknya habis-habisan. Negara kaya raya ini, tidak sepantasnya gali lubang tutup lubanh.
“Pasti ada yang salah, pasti ada yang keliru. Ini soal manajemen kenegaraan yang amburadul. Yang tidak kredibel, asal-asalan, dan tidak jujur,” katanya tegas.
Heri mengaku sangat prihatin jika Pemerintah saat ini meninggalkan kesedihan kepada generasi mendatang yang harus menanggung utang Rp16 miliar setiap orangnya, bahkan termasuk bayi yang baru lahir. Oleh karena itu, Heri pun meminta kepada Pemeintah untuk menyudahi cara-cara yang tidak jujur dan kredibel.
“Sudahilah menerbitkan SUN (Surat Utang Negara) yang sudah mencapai 77% dari total utang. Sudahilah penerbitan obligasi BUMN yang hanya untuk bayar utang. Sudahilah semuanya. Dan mari memulai cara-cara yang lebih beradab, yang lebih kredibel, yang lebih jujur, yang tidak serampangan. Semuanya untuk membangkitkan Indonesia raya yang lebih kuat, dan bukan negara yang terancam bangkrut,” ungkapnya lagi. (deni)
Berita Terkait: Catatan Kegagalan Presiden Joko Widodo