Mengembangkan Pertanian di Dasar Laut

Pertanian Bawah Laut (Foto Dok. De-gustare)
Pertanian Bawah Laut (Foto Dok. De-gustare)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebuah uji coba unik dilakukan seorang insinyur dari Genoa, Italia, bernama Sergio Gamberini. Didorong keinginannya untuk mengurangi emisi dari penggunaan pestisida, Sergio Gamberini melakukan pengembangan sebuah pertanian di bawah dasar laut.

Upayanya tersebut dilakukan dengan membangun sebuah rumah kaca di bawah laut yang diberi nama Taman Nemo. Di taman bawah laut itu, dirinya mengembangkan sistem pertanian.

Untuk mewujudkan mimpi gilanya tersebut, Gamberini menggunakan balon transparan bervolume 2.000 liter yang ditambat sampai sepuluh meter dari dasar laut. Di dalam balon tersebut ia membangun platform yang bisa digunakan buat menanam sayur-sayuran.

Menurut sang pemilik, Taman Nemo ini mampu mengurangi emisi tanpa memerlukan pestisida. Hasilnya ladang bawah laut miliknya itu saat ini mampu memproduksi berbagai jenis sayur sayuran.

Berbeda dengan perkebunan konvensional, Taman Nemo tidak membutuhkan air segar untuk disiram, dengan hujan di dasar laut, bagaimana bisa? Air didapat melalui proses alami desalinasi air laut. Melalui perbedaan temperatur, air laut menguap di dalam balon dan mengendap sebagai air tawar di atap balon. Air tersebut kemudian akan menetes dan membasahi tanaman layaknya air hujan.

Baca Juga: Energi Terbarukan Semakin Menjanjikan

Absennnya sistem irigasi membuat konsep pertanian bawah laut ini cocok diterapkan di kawasan pesisir yang meranggas akibat dampak perubahan iklim. “Agrikultur tradisional menggunakan 70% air tawar di seluruh dunia dan kelangkaan air meningkat pesat. Jadi pertanian adalah sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim,” ujar Gamberini.

Sistem yang dikembangkan Gamberini ini hemat energi, sebab tidak membutuhkan aliran listrik, sistem pengatur suhu ruangan atau pencahayaan buatan seperti yang biasa digunakan di rumah kaca atau perkebunan konvensional. Menurutnya, taman Nemo bahkan juga bisa dibangun di dalam rumah dengan menggunakan akuarium.

“Taman kami adalah sistem yang berkelanjutan dan mandiri. Artinya setelah sistemnya diaktifkan, taman ini tidak membutuhkan bantuan dari luar. Kami memanen tomat, kacang-kacangan dan selada tanpa menggunakan air tanah sama sekali.” Menurut dia, yang penting tanamannya hanya membutuhkan sinar matahari.

Editor: Alya Karen

Exit mobile version