Memperjuangkan Hak Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Cianjur

Memperjuangkan Hak Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Cianjur
Memperjuangkan Hak Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Cianjur

NUSANTARANEWS.CO – Memperjuangkan hak pendidikan anak berkebutuhan khusus. Anggota DPRD Kabupaten Cianjur Komisi IV, Istinganah mengatakan bahwa sekolah inklusif memang kurang mendapatkan perhatian dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Cianjur, kutip Radar Cianjur.Com (2/12/2018). Masalah tersebut terungkap ketika guru sekolah inklusif SDN Bojongherang, Heni Handayani yang sudah 10 tahun lebih menjadi guru pembimbing khusus berusaha memperjuangkan hak pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang penanganan pendidikannya jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

Meski sudah bertahun-tahun kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Cianjur, Heni tetap fokus dan bersemangat mengajar anak-anak didiknya di ruang kelas SDN Bojongherang. Bahkan tanpa mendapatkan honor sebagai guru honorer, rasa tanggung jawabnya sebagai seorang guru telah mendorongnya untuk terus mengabdi guna mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana perintah konstitusi. Sekali lagi perintah konstitusi.

Tidak mengherankan bila demi kelangsungan sekolah inklusif yang dibidaninya, Heni bahkan harus mengajar sambil berdagang kerudung, ikan asin, beras, bahkan minyak goreng. Kebetulan pelanggannya itu adalah para dewan guru dan orang tua murid yang sudah memesannya terlebih dahulu. Dengan keuntungan itu, Heni dapat menunjang operasional kegiatannya mengajar anak-anak bangsa yang berkebutuhan khusus.

Menurut Heni, mengajar anak dengan kebutuhan khusus itu tidak bisa disamakan dengan mengajar anak-anak pada umumnya. Paling utama adalah ketulusan. Karena ketulusan sangat menentukan kodusifitas mengajar. Bila kita mengajar dengan membawa banyak permasalahan pribadi, maka hal itu akan sangat berpengaruh terhadap anak-anak di kelas, ujarnya dengan sungguh-sungguh saat meyampaikan materi tentang ABK dihadapan guru dan orang tua murid di SDN Bojongherang, pada hari Rabu (9/10). Sebuah kegiatan diklat sederhana untuk kedua kalinya yang diselenggarakan berkat kepedulian orang tua murid inklusif.

Heni saat ini mengasuh 17 murid berkebutuhan khusus seperti: autis, ADHD, tuna daksa, tuna wicara, tuna rungu dan low vision di SDN Bojongherang dengan segala keterbatasan penunjang pendidikannya. Meski bukan lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), tetapi nurani seorang guru telah memanggil Heni untuk mengabdikan diri dalam memperjuangkan hak pendidikan yang sama bagi warga negara.

Tidak mengherankan bila dengan keterbatasan tersebut, Heni harus kreatif menciptakan metode mengajar yang tepat, efektif dan efisien bagi murid-muridnya yang memiliki beragam kebutuhan khusus – yang dengan segala keterbatasan dalam dirinya tidak mengalahkan semangat belajar mereka yang luar biasa.

Kerja keras yang tulus pun berbuah hasil dengan mendapatkan anugerah “Een Sukaesih Award” pada tahun 2018 – sebuah penghargaan bergengsi bagi sosok pejuang pendidikan yang inspiratif dari Gubernur Jawa Barat. Anehnya, tidak ada ucapan selamat atau rasa terima kasih dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur kepada Heni yang telah mengharumkan nama Kabupaten Cianjur.

Bila Pemda Cianjur mungkin tidak peduli dengan pendidikan inklusif bagi anak bangsa, justru para orang tua murid kelas inklusif SDN Bojongherang bangkit dengan semangat gotong royong berupaya sepenuh hati membantu perjuangan Heni untuk membentuk Pokja Pendidikan Inklusif Kabupaten Cianjur. Orang tua murid berhadap agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh anggaran yang selayaknya, bukan ditutup kelasnya.

Semoga perjuangan Heni untuk menjadikan Cianjur sebagai Kabupaten Peduli Pendidikan Inklusif dapat segera tercapai dengan dukungan penuh warga Cianjur.***

Exit mobile version