Masa Frustrasi, Saatnya Sadar dan Bangkit!
INI masa frustrasi. Banyak yang kecewa dengan realitas bangsa. Realitas kepemimpinannya. Banyak cercaan dan caci maki di media sosial kepada mereka yang memimpin dan yang diharapkan memimpin.
Indonesia seolah kehilangan harapan. Indonesia sudah terjajah. Semua aset Indonesia sudah terjual dan tergadai. Siapa yang mengendalikan dan mencengkeram Indonesia banyak rakyat sudah tahu. Mereka yang tampak gagah di depan ternyata cuma boneka. Rakyat sudah tahu bahwa Indonesia dalam kendali segelintir kapitalis asing dan aseng . Mereka yang tentukan nafas rakyat Indonesia. Mereka yang eksploitir bangsa ini hingga tak berdaya, tak punya harga diri dan hina di mata dunia.
Ada yang melawan cengkeraman? Cuma retorika. Sudah tak ada harapan. Semua bisa diatur dan sekongkol. Perampok bisa berdamai dengan yang dirampok. Semua nilai kebenaran dan kejujuran dijungkir balik. Inilah kehancuran moral, sosial, budaya , politik dan ekonomi yang parah.
Tak tahu mesti berbuat apalagi. Ada yang merasa telah berjuang hanya dengan caci maki di media sosial. Padahal perjuangan perlu bertemu fisik, psikis dan batiniah di sebuah arena.
Tapi siapa yang msih kuat dan rajin angkat kaki lagi di tengah kegalauan begini? Di tengah ancaman herder pemilik modal yang setiap saat menggigit mereka yang mencoba teriak di jalanan.
Tapi tak boleh putus asa kawan. Tak boleh larut dalam kesedihan. Rajut lagi tali silaturahim. Tetap semangat. Tiap senior kumpulkan anak muda bangsa. Tiap kita beri pencerahan kepada minimal 5 anak muda bangsa. Isi otak dan pikiran mereka tentang masalah serius yang dihadapi bangsa kita.
Cegah mereka terlibat narkotika dan miras. Katakan bahwa itu program pihak asing menghancurkan generasi bangsa, agar mereka bisa menguasai bangsa ini dengan telak. Isi otak mereka bahwa bangsa ini sedang terjajah, bahwa sekarang saatnya anak muda bangsa sadar dan bangkit, kalau mereka tidak ingin suram hari depannya.
Kepada senior-senior yang sedang dalam kekuasaan, kiranya segera sadar bahwa kondisi Indonesia sudah lampu merah. Sungguh rawan nasib kita. Apakah ini cuma pesimisme saya? Sejarah akan buktikan!
Sadar dan Bangkit wahai anak anak ku. Indonesia memanggilmu!
Penulis: M Hatta Taliwang, Direktur Institut Ekonomi Politik Soekarno Hatta