Mahasiswa Khawatir Pancasila Mulai Dikesampingkan

Aksi mahasiswa/ Ilustrasi

NUSANTARANEWS.CO – Mahasiswa Khawatir Pancasila Mulai Dikesampingkan. Tanggal 1 Juni merupakan kelahiran Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia. Kelahiran Pancasila tidak terlepas dari sejarah panjang berdirinya negari ini.

Pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura). Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945, dua tokoh membahas dan mengusulkan dasar negara yaitu Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.

Setelah diskusi panjang lebar, disepakatilah 5 sila. Namun, Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan.

Untuk dapat melaksanakan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara sekaligus sebagai pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia, maka Pancasila diterjemahkan dalam butir-butir Pancasila. Hal inilah yang dianggap beberapa kalangan belum terwujud.

Salah satunya, Sekertaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Asy Syafiiyah, Muhammad Rohli. Ia menuturkan, masih jarang sekali baik mahsiswa maupun pejabat, bahkan publik figur yang memahami arti penting Pancasila. Ia khawatir, nilai-nilai luhur Pancasila mulai dikesampingkan dan tergantikan paham-paham baru yang menyesatkan, khususnya bagi generasi muda. Sebab, Pansila erat hubungannya dengan nasionalisme.

“Cara mengaplikasikanya, secara sederhana mencintai lingkungan, kemudian pakai produk dalam negeri, terus menciptakan lapangan kerja,” ujar Rohli kepada nusantaranews.co di kampus UIA, Selasa (31/5/2016).

Menurut Rohli untuk mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari ada hambatan eksternal dan internal. Dari segi eksternal, ia mencontohkan salah satunya pengaruh budaya negatif negara asing. “Kalau nggak ada konsep atau prinsip bahwa cinta tanah air sebagian dari iman, menurut saya orang nggak akan cinta dengan Tanah Air,” katanya.

Sementara, seorang warga Jakarta Syahrul Syaifuin Ansyari menambahkan, Pancasila adalah dasar negara dan alat pemersatu bangsa. Sebagai dasar dan alat pemersatu, menandakan Pancasila mempersatukan sesuatu yang berbeda-beda yakni golongan-golongan, aliran-aliran, kelompok-kelompok, sosial politik, ideologi yang ada, kemudian bersama-sama membangun suatu negara bekas Hindia Belanda ini.

“Oleh karena itu, Pancasila ada bukan untuk Pancasila. Pancasila ada sebagai alat persatuan demi mencapai tujuan kemerdekaan, pendirian negara Indonesia yakni mengangkat harkat martabat rakyat Indonesia. Dari bangsa terjajah menjadi bangsa terhormat, maju, berdikari, besar, adil, dan makmur,” tukasnya. (Amd)

Exit mobile version