Korut Tuding Badan Intelijen AS dan Korsel Berkonspirasi Bunuh Kim Jong-un

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un/STR / AFP/Getty Images

NUSANTARANEWS.CO, Beijing – Korea Utara kembali melancarkan serangan kepada Amerika Serikat dan Korea Selatan. Meski telah diisolasi PBB menyusul uji coba rudal balistik berkali-kali, Korea Utara kembali menuduh intelijen AS dan Korea Selatan telah berusaha membunuh pemimpin Kim Jong-un.

Kepada wartawan, seperti dikutip Reuters, Kedutaan Besar Korea Utara untuk Cina di Beijing mengatakan Badan Intelijen Pusat AS dan Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan berkonspirasi secara rahasia untuk menggunakan zat radioaktif atau nano-racun guna membunuh Kim.

“Kami percaya bahwa kejahatan ekstrem ini diatur oleh kekuatan musuh untuk merusak urusan dalam negeri Korea utara,” kata Duta Besar Korut untuk Cina Ji Jae Ryang, Senin (15/5/2017).

Tuduhan Ji bukan pertama kalinya. Sebab, awal Mei otoritas Korut juga menuduh badan intelijen AS dan Korsel merencsnakan pembunuhan terhadap Kim dengan bom biokimia saat parade militer di Pyongyang. Namun, kata dia, rencana tersebut gagal.

Sementara pekan lalu, pihak Korut mendesak menghentikan memata-matai negara komunis itu. Namun otoritas Korsel mengaku tidak tahu apa yang dimaksud Korut. Sementara CIA dan Gedung Putih menolak untuk memberikan pernyataan tudingan dari Kementerian Keamanan Negara Korea Utara.

Korea Utara meluncurkan rudal balistik terbaru pada Minggu (15/5). Uji coba ini dikatakan Korut bertujuan untuk memverifikasi kemampuan rudal pembawa hulu ledak nuklir skala besar. Tindakan Korut ini menambah ketegangan dan mengkhawatirkan negara-negara tetangganya akan dampak yang ditimbulkan. Utamanya respon Amerika Serikat yang sedari awal mengecam keras.

Korea Utara diyakini sedang mengembangkan rudal balistik antar benua yang mampu membawa hulu ledak nuklir dan mencapai daratan AS, meskipun Komando Pasifik Angkatan Udara A.S. mengatakan bahwa jenis rudal yang ditembakkan pada hari Minggu tidak setara dengan ICBM.

“Tes penembakan ICBM akan terjadi kapan saja atas kehendak pimpinan tertinggi Korea Utara,” kata Ji menambahkan. (ed)

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version