Kemana Mencari Pejuang yang Tak Pulang

Lukisan karya S.Sudjojono, " Kawan-kawan revolusi", media cat minyak diatas canvas, ukuran 95cm X 149cm. (FOTO: Istimewa)
Lukisan karya S.Sudjojono, ” Kawan-kawan revolusi”, media cat minyak diatas canvas, ukuran 95cm X 149cm. (FOTO: )

Puisi Faris Al Faisal

Al Fatihah Rindu

dengan lafal yang tak menyimpan dusta dalam ucapan
disaksikan merdu orang menyenandungkan manakib
kuejakan kata-kata dituntun lidi-lidi pengharapan
gemetar bibir menyuarakan gemuruh rindu dalam al fatihah
sampai ke langit hatimu yang berlapis-lapis tujuh titian

Indramayu, 2018

Mad Penantian

/alif/
lama sudah jalannya cinta yang tak terbaca
mengering di kerongkongan mulut
di langit-langit seperti membaca
huruf mad yang mesti dipanjangkan
menciptakan lafal sepi dalam puisi
membacakan ayat rindu setiap waktu
bercakap pada senandung pujian
menerompa lautan tak bertuan

/ya/
kerinduan menahun dalam penantian
diucapkan dalam khotbah-khotbah
pada malam tanpa bulan
dibacakan pada kajian-kajian
kitab cinta di gurun yang berbatu
dimadahkan dalam syair kasidah burdah
di tengah padang pasir berdebu
aku menggelepar terkapar
dijatuhi pelepah-pelepah berdaun kering

/wawu/
azan shubuh membangunkanku dari tidur panjangku
dan kulihat langit memerah seperti rona pipimu
di atas sajadah kau tersenyum
menyebutku imam

Indramayu, 2018

Debu-debu Perang

sepotong hari yang memerahkan mata
debu-debu perang memerihkan langit kota
kenangan sejarah luka pada kusut rambut
kubah cinta yang terbelah dalam iringan kasidah
syair kematian di atas batu-batu
nisan tanpa nama di pekuburan masal
yang dikeruk dalam kubangan
besar dan ditimbuni tanah
berbatu oleh cengkeraman tangan
bulldozer meratakan gundukan-gundukan
jenazah yang tak sempat diurus

Indramayu, 2018

Kemana Mencari Pejuang yang Tak Pulang

angin berpasir di kota yang tinggal reruntuhan setelah perang
di atas bukit tandus berpasir ditiup angin berdebu-debu
di pemakaman yang tak bernama terserak bebatuan
yang dijadikan nisan. perempuan dengan bayi di gendongan
berpeluh dalam lelah. “abimu, nak, mungkin ada
di bawah tanah memerah ini.”

Indramayu, 2018

Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu. Karya fiksinya adalah novel Bunga Narsis Mazaya Publishing House (2017), Antologi Puisi Bunga Kata Karyapedia Publisher (2017), Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek Karyapedia Publisher (2017), dan Novelet Bingkai Perjalanan LovRinz Publishing (2018) sedangkan karya non fiksinya yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017). Puisi, cerma, cernak, cerpen dan resensinya tersiar berbagai media cetak dan online seperti Kompas, Tempo, Media Indonesia, Republika, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Padang Ekspres, Rakyat Sumbar, Radar Cirebon, Radar Surabaya, Radar Sulbar, Radar Banyuwangi, Radar Bromo, Media Jatim, Merapi, Minggu Pagi, Banjarmasin Post, Bali Post, Bangka Pos, Magelang Ekspres, Malang Post, Solopos, Suara NTB, Joglosemar, Tribun Jabar, Tribun Bali, Bhirawa, Koran Pantura, Riau Pos, Tanjungpinang Pos, Fajar Makasar, Serambi Indonesia, Majalah Simalaba, Majalah Hadila, Majalah Suara Muhammadiyah, Tabloid Nova, IDN Times, Sportourism.id, Puan.co, Nyontong.Com, takanta.id, Simalaba.Net, Jurnal Asia, dan Utusan Borneo Malaysia.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com

Exit mobile version