KAU
Kau seperti grimis di luar serambi mushola.
Kesedihan ternyata bisa terasa sederhana,
Saat kau tak ada.
Purwokerto, 20 February 2019
SENANDUNG RASA
Ketika angkot datang,
Angkot itu telah penuh.
Penuh dengan orang-orang lama
Tak ada kursi kosong tuk orang baru,
Layaknya hatimu pada ku.
Purwokerto, 20 February 2019
MUNGKIN
Mungkin,
Bumi ini menangis.
Ketika kaki ini melangkah menginjaknya,
Dengan membawa hati bebal nan angkuh
Dihadapan sang cahaya.
Purwokerto, 20 February 2019
KALIMAT SUCI
Suara kentong memanggili,
Tuk berlali mengantri
Mengantri mengucap kalimat suci,
Agar mengingat ilahi rabbi.
Purwokerto, 20 February 2019
NAFSU
Sungguh hawa nafsu ku tetap egois tak tersadarkan,
Tak mau tau peringatan uban dan kerentaan.
Tak mau tau peringatan alam yang mengucilkan.
Purwokerto, 20 February 2019
IBU
Kau sebar senyum dikala ku mengadu,
Kau beriku asi dikalaku terbelenggu.
Kau tau?
Ku pilu dikala kau tak pandu aku.
Ibu……..
LUPA KAMPUNG DAMAI
Sungguh aku malu pada rumput yang bergoyang,
Mungkin burung burung menertawakanku
Semut semut menggunjingku
Ahh dasar kulupa akan kampong damai.
KUMALU PADA KEKASIH
Ya malu pada kekasih.
Ku tinggalkan Sunnah nabi yang sepanjang malam.
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram.
Menahan lapar hingga batu sebagai pengganjal.
Ya ku malu pada kekasih,
Di setiap waktunya tak pernah berkeluh kesah.
Kendati alam nan luas menawarkan dirinya.
Ia tolak dengan bangganya.
*Melyanti putri, kelahiran Brebes, 05 maret 2000
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co
Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co