IPW Prihatin Dengan Kasus Bunuh Diri Dikalangan Polisi

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane/Foto Nusantaranews via kriminalitas

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane/Foto Nusantaranews via kriminalitas

NUSANTARANEWS.CO – Polisi melakukan aksi bunuh diri kembali terjadi. Kali ini dilakukan Kapolsek Karangsambung Ipda Nyariman di ruang kerjanya di Kebumen, Jateng. Aksi bunuh diri ini merupakan peristiwa kedelapan yang dilakukan polisi di sepanjang 2016. Indonesia Police Watch (IPW) sangat prihatin dengan kasus bunuh diri yang dilakukan Ipda Nyariman.

Sebab, latarbelakang kasusnya berbeda dengan kasus bunuh diri yang dilakukan para polisi sebelumnya. Ipda Nyariman tertekan akibat diminta mengembalikan uang Rp 250 juta karena anak temannya Aiptu Sudiman gagal masuk Secaba. Padahal, sebelumnya Ipda Nyariman menjanjikan yang bersangkutan akan lolos. Kasus ini sempat dibahas oleh Kapolres Kebumen, Wakapolres, SDM Polres Kebumen, dan Propam.

“Saat itu Ipda Nyariman berjanji akan mengembalikan uang tersebut. Namun yang terjadi kemudian Kapolsek itu malah gantung diri hingga tewas di ruang kerjanya,” ungkap Ketua Presidium IPW Neta S Pane berdasarkan rilis yang masuk ke redaksi nusantaranews.co, Kamis (6/10).

Kasus ini, lanjutnya, membuktikan bahwa aksi bayar membayar untuk masuk pendidikan di Kepolisian masih terjadi. Bahkan untuk masuk Secaba saja orang berani membayar Rp 250 juta. Bagaimana pun, menurut Neta, kasus ini patut menjadi perhatian Kapolri agar ada perbaikan yang signifikan dalam proses pendidikan Polri, baik untuk SPN, Akpol, Secaba, PTIK, Sespim, Sespati, dan lain-lain.

“Sehingga kasus serupa tidak terulang. Momen ini harus menjadi starting point untuk melakukan perubahan radikal dalam sistem dan mekanisme promosin, baik dalam rekrutmen pendidik maupun jabatan,” paparnya.

Selain itu, ketahanan mental perlu menjadi perhatian khusus Polri, mulai dari awal rekrut maupun di pendidikan, psikotes harus menjadi andalan seleksi.

“Sehingga sistem pembinaan mental terkait stres manajemen bisa dilakukan dengan maksimal. Sebab dari delapan polisi yg bunuh diri tahun 2016 ini, empat dengan cara menembak dan empat gantung diri. Dari empat yang menembak dirinya sendiri itu, tiga menembak bagian kepala dan satu bagian dada,” ungkap Neta.

Ia menambahkan, dari delapan polisi yang bunuh diri tahun 2016 ini, empat bintara dan empat perwira. Padahal tahun-tahun sebelumnya, jarang sekali perwira yang bunuh diri. Ini menunjukkan bahwa perwira Polri semakin rentan stres dan gampang mengambil jalan pintas, bunuh diri.

“Bagaimana pun kasus ini perlu dicermati dengan serius,” pungkasnya. (Yudi/Red-02)

Exit mobile version