NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI) menyatakan sikapnya terkait memburuknya eskalasi konflik di Suriah.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Indonesia sangat prihatin dengan perkembangan yang terjadi di Suriah.
“Indonesia mengimbau agar semua pihak menahan diri dan mencegah terjadinya eskalasi memburuknya situasi di Suriah,” kata Menlu dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri.
Namun, sikap Indonesia ini nyatanya tidak memiliki dampak apapun terhadap keputusan Amerika, Inggris dan Perancis. Sikap pemerintah Indonesia ini disampaikan Menlu pada tanggal 14 April 2018. Dan Presiden AS Donald Trump akhirnya memerintahkan pasukan koalisi untuk melepaskan serangan kepada pemerintah Suriah dengan target sebuah kota di dekat Damaskus dan kota Homs.
“Indonesia menegaskan kepada semua pihak untuk menghormati nilai dan hukum internasional, khususnya piagam PBB mengenai keamanan dan perdamaian internasional,” imbau Menlu.
Belum ada laporan resmi terkait jumlah korban akibat serangan 103 rudal jelajah angkatan udara dan angkatan laut AS, Inggris dan Perancis. Laporan sementara beberapa orang luka-luka dan distrik Barzeh hancur lebur akibat serangan tersebut yang juga diketahui menggunakan jenis rudal jelajah JASSM, Tomahawk, Storm Shadow dan lain-lain yang memuat ratusan kilogram hulu ledak.
“Indonesia juga meminta semua pihak untuk menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat sipil, terutama wanita dan anak-anak harus selalu merupakan prioritas,” ujar Menlu.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) diketahui tidak berkutik dan bahkan cenderung setuju dengan langkah yang diambil AS dan sekutu tersebut. Indonesia juga meyakini adanya serangan senjata kimia di kota Douma seperti halnya AS, Inggris, Perancis dan DK PBB, meskipun pemerintah Suriah dan Rusia menyatakan informasi tersebut hoax dan palsu.
“Minggu lalu, Indonesia menyampaikan kecaman keras penggunaan senjata kimia di Suriah oleh pihak manapun,” kata Menlu.
Lebih lanjut, kata Menlu, Indonesia kembali menekankan pentingnya penyelesaian konflik di Suriah secara komprehensif melalui negosiasi dan cara-cara damai.
Sementara itu Menteri Pertahanan AS James Mattis mengklaim bahwa serangan yang dilancarkan AS dan sekutu di Suriah pada 14 April merupakan sebuah upaya untuk mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung sekitar 7 tahun di Suriah.
“Ini adalah waktu yang tepat untuk segera mengakhiri perang saudaraa di Suriah dengan mendukung proses perdamaian Jenewa yang didukung PBB,” ujar Mattis dalam konferensi pers di Pentagon. (red)
Editor: Banyu Asqalani