Ini Penyebab Industri Kreatif Gagal di Indonesia

Industri kreatif/Foto Ilustrasi/Istimewa/Nusantaranews

Industri kreatif/Foto Ilustrasi/Istimewa/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Peneliti Kathleen Azali, melalui sambungan panggilan video dari Singapura, menyebut Indonesia sebenarnya mengadopsi konsep ekonomi kreatif dari Inggris.

“Pertengahan 2000an adalah masa di mana kebijakan ekonomi kreatif mulai masuk Indonesia, yang menyerap kebijakan di Inggris,” ungkapnya, Sabtu (26/8/2017) kemarin dalam acara yang digelar Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (SINDIKASI) di Jakarta. Namun, ia mencatat ada kegagalan mengadopsi sistem tersebut.

Kegagalan itu terletak pada ketidakmampuan sistem menyediakan kesejahteraan bagi para pekerjanya. Ia menceritakan pernah melakukan penelitian di Surabaya, Jawa Timur.

“Pekerja kreatif dibuat seolah-olah angka yang menjanjikan, tetapi angkanya dari mana? 40 persen lebih pekerja dibayar di bawah upah minimum,” sambungnya.

Sebagai informasi, industri kreatif di Indonesia saat ini memiliki ekosistem yang belum berpihak pada pekerja. Padahal, industri kreatif meraup laba dari kreativitas tenaga kerja.

Kondisi ini menuntut pekerja berserikat agar secara kolektif menciptakan ekosistem kerja manusiawi.

Sementara, pegiat seni senior, Abduh Azis menyebutkan persoalan di industri seni, yang sekarang dikenal sebagai industri kreatif, sudah sejak dulu muncul. Menurutnya, banyak persoalan berakar dari tidak adanya kepastian kerja akibat sistem kerja lepas (freelance).

“Pekerja kreatif adalah pekerja yang bahagia meskipun susah. Ke depan, harus ada upaya membangun ekosistem yang pengaruhi pekerja untuk kesejahteraan,” ujarnya.

Editor: Romandhon

Exit mobile version