NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sedikitnya ada lima partai politik yang sukses meloloskan calon legislatifnya ke Senayan dari Dapil IX Jatim pada Pileg 2019.
Hal itu berdasarkan hasil survei The Repulic Institute di Dapil IX Jatim (Bojonegoro-Tuban).
Secara berurutan, PKB loloskan 2 kursi caleg ke DPR RI. Kemudian disusul PDIP, Golkar, Gerindra dan Demokrat yang masing-masing dapat jatah 1 kursi.
Chief the Republic Institute, Fatekhul Mujib menuturkan, usai mengamankan dua kursi, PKB masih memiliki peluang untuk memperoleh kursi ketiga jika kampu mengkapitalisasi sumber yang ada di Tuban dan Bojonegoro yang bupatinya berasal dari PKB.
“Kemudian PDIP juga memiliki kans untuk menambah Kursi, bila semua komponen partai dan caleg bekerja keras untuk meningkatkan suaranya,” kata dia seperti dikutip dari hasil surveinya, Jakarta, Selasa (16/4/2019).
Selain itu, Golkar juga berpeluang memperoleh dua kursi bila Heany Relawati mampu mengkonversi pemilih loyalnya dulu saat dia menjadi Bupati Tuban dua periode menjadi suara Golkar. “Dan HSW Yudha mampu memelihara bahkan meningkatkan suara Golkar tahun 2014 di Bojonegoro menjadi suara pada Pemilu 2019 ini,” paparnya.
Adapun Gerindra dan Demokrat, kata Mujib, masih harus bekerja keras bila ingin tetap memperoleh kursi. “Menjaga suaranya dari gempuran partai-partai yang memiliki peluang menambah kursi, atau partai di bawahnya yang memperjuangkan kursi, seperti Nasdem dan PAN. Ingat di Nasdem ada Sunyoto, mantan Bupati Bojonegoro dua periode,” ulasnya.
Lalu siapakah 6 caleg DPR RI Dapil IX yang berpeluang melenggang ke Senayan?
Mujib menuturkan, hasil survei di atas memperlihatkan elektabilitas masing-masing caleg yang tersebar di parpol peserta Pemilu 2019.
“Ada hal menarik dari perolehan suara caleg, ternyata perolehan suara caleg yang tertinggi bukan dari PKB sebagai partai dengan pemeroleh suara tertinggi, tetapi dari Golkar yang berada di peringkat ketiga. Demikian juga Suyoto yang memeiliki popularitas dan elektabilitas tinggi terancam tidak mampu dikonversi menjadi kursi, karena perolehan partainya yang kurang signifikan,” papar Mujib.
Dia menguraikan, kompetisi tidak hanya terjadi antar parpol peserta pemilu. Namun, seringkali terjadi perang sengit antar caleg dalam satu partai mengingat jumlah kursi yang terbatas dan selisih suara yang mepet.
“Kalau kita bedah satu per satu tidak ada caleg yang betul-betul leading meninggalkan rival satu partainya, kecuali Didik Mukriyanto (Demokrat) dan Suyoto (Nasdem),” ujarnya.
Namun, lanjut dia, suara Partai Demokrat masih rawan tergusur dan Nasdem terancam tidak dapat kursi.
“Persaingan perebutan kursi yang cukup sengit terjadi di PKB dan Golkar,” katanya.
PKB mampu mengamankan dua Kursi, tetapi siapa yang akan mendudukinya masih belum pasti. Probabilitasnya 2/3 karena terdapat tiga caleg yang memiliki tingkat elektabilitas yang saling berhimpitan yaitu Ratna Juwita (10,4%), Farida Hidayati (9,4%) dan Lukmanul Hakim (8,2%). Masing-masing-masing memiliki peluang yang sama untuk memndapat Kursi pertama atau kedua, kecuali memperoleh 3 kursi, maka ketiganya aman.
Adapun di Golkar terjadi perebutan antara Heany R dan HSW Yudha dari aspek elektabilitas. Selisih keduanya tidak jauh berbeda, aspek basis massa memiliki ceruk yang berbeda pula wilayahnya. Heany basis pendukungnya ada di Tuban dan Yudha ada di Bojonegoro.
“Sebagai petahana Yudha tentu memiliki pengalaman bagaimana strategi yang tepat menjadi seorang caleg, Heany pun tentu juga memiliki strategi berdasarkan pengalamannya sebagai mantan bupati. Tetapi keduanya dapat saja mengabaikan elektabilitas, tetapi saling memacu untuk menaikkan elektabilitas Golkar sehingga Golkar memperoleh dua kursi, maka keduanya dengan nyaman akan pergi ke Senayan sebagai DPR RI,” papar Mujib.
Demikian juga di PDIP, kata dia, ada persaingan antara Abidin Fikri dan Setyo Hartono. “Siapa di antara keduanya yang akan memeperoleh kursi, tentu masih ada waktu untuk bekerja hingga hari H. Keduanya akan melenggang ke Senayan, lagi-lagi syaratnya bila PDIP memeroleh dua kursi. Kita tunggu sampai 17 April partai apa yang unggul dan siapa yang akan menjadi anggota Dewan yang terhormat,” terangnya.
“Kompetisi yang sehat tentu akan menunjukkan kualitas demokrasi di Indonesia. Poitik uang rupanya masih menjadi strategi paling jitu bagi para caleg untuk menaklukkan hati para pemilih,” pungkasnya.
(eda)
Editor: Eriec Dieda