HNW Amini Profesor Leiden Supaya Nobel Perdamaian untuk NU dan Muhammadiyah Terwujud

Perwakilan NU dan Muhammadiyah hadir memenuhi undangan seminar yang digelar oleh KBRI Oslo Norwegia bekerjasama dengan Universitas Metropolitan Oslo di Oslo, Norwegia. (FOTO: Dok. JP/Nezar Patria)
Perwakilan NU dan Muhammadiyah hadir memenuhi undangan seminar yang digelar oleh KBRI Oslo Norwegia bekerjasama dengan Universitas Metropolitan Oslo di Oslo, Norwegia. (FOTO: Dok. JP/Nezar Patria)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI 2014-2019 Hidayat Nur Wahid mengamini doa Guru Besar (Profesor) Studi Islam Asia Tenggara di Universitas Leiden, Belanda, Nico JG Kaptein supaya Nobel Perdamaian untuk NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiyah terwujud.

Hidayat Nur juga mendoakan semoga juga dapat memberikan berkah untuk Indonesia.

“Amin yaa Rabbal alamin. Semoga berkahnya juga untuk Indonesia, sebagaimana dulu dicitakan bersama oleh Tokoh-tokoh NU (seperti KH Wahid Hasyim) dan Muhammadiyah (seperti Ki Bagus Hadi Kusumo) saat persiapkan Indonesia Merdeka, selaku bagian dari BPUPK, Panitia Sembilan, maupun PPKI,” ujar Wakil Ketua Majlis Syura PKS di Twitter, Kamis (27/6/2019), menanggapi pernyataan Profesor Kaptein.

Sebelumnya, Kaptein menyampaikan bahwa masuknye NU dan Muhammadiyah dalam daftar nominasi peraih Nobel Perdamaian merupakan ide yang sangat bagus. Sebab, kata Guru Besar Studi Islam Asia Tenggara di Universitas Leiden itu, NU dan Muhammadiyah secara nyata menebarkan benih-benih toleransi kepada masyarakat Indonesia dan dunia.

“Mereka betul-betul menyebarkan toleransi,” ujar Kaptein kepada NU Online usai mengisi seminar The Study of Islam: Indonesian and European Perspectives di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (26/6).

Penulis buku Islam, Kolonialisme, dan Zaman Modern Hindia Belanda, Biografi Sayid Usman (1822-1914) itu juga mengungkapkan bahwa hal tersebut sangat penting mengingat kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu memiliki banyak pengaruh dalam masyarakat Indonesia.

Sebelumnya, Kaptein mengaku belum mendengar kabar NU dan Muhammadiyah dinominasikan meraih Nobel Perdamaian. “Sebetulnya, saya belum mendengar nominasi ini,” kata Kaptein.

Kendati demikian, akademisi yang tengah meneliti Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi itu berharap semoga kedua organisasi tersebut benar-benar terwujud untuk mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. “Saya berharap mereka betul-betul bisa mendapatkan itu (Nobel Perdamaian),” imbuhnya.

Diketahui, Rabu (19/6) lalu, perwakilan NU dan Muhammadiyah hadir memenuhi undangan seminar yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Oslo Norwegia bekerjasama dengan Universitas Metropolitan Oslo di Oslo, Norwegia.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud menjelaskan tentang konsep Islam Nusantara yang merefleksikan bentuk Islam moderat.

Konsep Islam Nusantara yang mempromosikan nilai-nilai dasar Islam seperti jalan tengah (tawasuth), berkeseimbangan (tawazun), dan toleransi (tasamuh) merupakan norma yang ditumbuhkembangkan untuk memelihara perdamaian dan persatuan bangsa Indonesia di tengah kemajemukan yang sangat kompleks.

Selain itu, hadir mewakili Muhammadiyah, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti. Hadir pula Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dan Agamawan Romo Franz Magnis Suseno. (red/nn)

Editor: Achmad S.

Exit mobile version