HAKI 2016, Cak Imin: Masyarakatnya Religius, Korupsinya Tinggi

Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Memberikan Keterangan Pers. Foto Dok. PKB News

Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Memberikan Keterangan Pers. Foto Dok. PKB News

NUSANTARANEWS.CO – Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI) tahun ini hari Jumat, 9 Desember kemarin. Peringatan HAKI dimulai sejak terjadi resolusi 58/4, pada tanggal 31 Oktober 2003, dimana Sidang Umum PBB menetapkan tanggal 9 Desember sebagai HAKI.

Dalam catatan redaksi nusantaranews.co, keputusan tersebut dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran serta kewaspadaan kita terhadap maraknya korupsi, dan juga peranan Konvensi PBB dalam melawan korupsi, baik memeranginya maupun dalam melakukan upaya pencegahan terhadap korupsi. Sayangnya, hal tersebut nampaknya tak menyadarkan para pejabat di negeri ini untuk merubah perilaku korup.

Pertanyaan mendasar, kenapa pejatab di Indonesia yang mayoritas muslim masih banyak yang berperilaku korup. Bahkan, meski sudah ada Lembaga antikorupsi seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang ditugaskan menindak maupun mencegah tindakan tercela ini belum mampu membuat para pejabat untuk tidak korupsi.

Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) melalui akun twitternya, ‏@cakiminpkb, menulis harapan-harapan dalam peringatan HAKI 2016. Dalm teetnya Muhaimin berharap semoga di Hari Anti Korupsi ini, kita bisa tumbuhkan pengertian adanya hubungan langsung antara agama dan pembangunan, terutama soal korupsi.

“Banyak kaum agamawan sibuk dengan hal-hal yang kurang terkait dengan persoalan pokok pembangunan, seperti sikap anti korupsi. Semoga kaum agamawan lebih perjelas arti agama bagi pembangunan kepada rakyat. Misalnya menanamkan nilai-nilai anti korupsi,” tulisnya, Jumat (9/12/2016) malam.

Dalam tweetnya pula, Cak Imim menyatakan, agamawan harus paham kalau pemiskinan yang berlangsung akibat kesenjangan yang disebabkan satu diantaranya karena korupsi. “Bila agamawan jeli melihat masalah ketimpangan pembangunan karena korupsi, maka panggilan moralnya lebih dinamis kekinian,” katanya.

Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI ke-23 itu berharap supaya pesan-pesan agamawan tidak terpaku hanya soal rutinitas ritual, tapi menyentuh juga persoalan pembangunan seperti pencegahan korupsi. “Gak enak lho dengernya, Indonesia yang masyarakatnya sangat religius tapi tingkat korupsinya tinggi,” kicau @cakiminpkb.

Lebih lanjut, pihaknya menunjukkan Indeks Korupsi Indonesia tahun 2016. Dimana terlihat masih belum menggembirakan dalam pemberantasan korupsi. “Ayo lebih semarakan pesan-pesan moralitas dakwah dengan mengkaitkan kepada nilai-nilai dan semangat anti korupsi kepada umat,” ajak Cak Imin.

“Pinter-pinternya agamawan lah dapat merelevansikan arti agama bagi semangat anti korupsi dengan dimensi yang ciamik. #HariAntiKorupsi,” sambung tweet @cakiminpkb yang terakhir.

Sebelumnya, Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang, menjelaskan korupsi biasanya mengacu kepada segelintir kelompok atau perorangan yang menggunakan suatu posisi kekuasaan atau posisi tumpuan kepercayaan orang, untuk memperoleh keuntungan secara tidak jujur.

“(Korupsi) memang mengindikasikan banyak hal, namun esensi utamanya bahwa prilaku transaksional kelompok atau perorangan belum signigicant berubah. Itu sebabnya ada tanggapan semua, kita melakukan sesuatu sedikit saja berbeda dengan sebelum reformasi,” tuturnya melalui pesan singkat kepada nusantaranews.co, di Jakarta, Jumat, (9/12/2016).

Exit mobile version