NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Presiden Filipina Rodrigo Duterte, berjanji untuk membeli peralatan militer baru untuk memerangi pemberontak dengan biaya dari negara sendiri dan tak akan lagi menerima persenjataan bekas dari Amerika Serikat.
Padahal aparat setempat sampai dua pekan belakangan ini telah menurunkan sekitar 3.000 personel keamanan untu bertempur memerangi sekitar 400 milisi pendukung ISIS, yang telah mengambil kendali sebuah kota di wilayah selatan.
Dalam operasi itu, pasukan keamanan menggunakan pesawat, kendaraan lapis baja dan senapan penyerang AS hasil perbaikan. “Saya tidak lagi akan menerima peralatan militer bekas,” kata Duterte kepada para tentara di markas angkatan darat di pulau selatan, Mindanao, kemarin sebagaimana ditulis, Sabtu (3/6/2017).
Duterte mengaku tidak mau memakai peralatan militer bekas yang diberi oleh Amerika itu. Menurutnya, selama masa jabatannya, ia tidak mau menggunakan kapal-kapal bekas melainkan harus yang baru.
Duterte mengatakan ia akan berupaya mendapatkan sistem persenjataan yang baru dan modern meski dirinya harus mengeluarkan dana berlipat ganda.
Duterte menginginkan membeli peralatan seperti pesawat, kapal, pesawat nirawak serta senjata dari China dan Rusia. Kedua negara tersebut merupakan saingan sekutu terdekatnya, Amerika Serikat.
Untuk diketahui, sejak tahun 2000 Washington telah memberikan bantuan militer bagi Manila senilai hampir USD800 juta atau sekitar Rp10,6 triliun. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk pesawat nirawak, helikopter, senapan penyerang serta berbagai peralatan tempur, termasuk radio taktis, peralatan penembus pandang dan suku cadang.
Sementara, Filipina saat ini sedang mengalokasikan anggarannya sebesar lebih dari 100 miliar peso atau sekitar Rp26,7 triliun untuk memodernisasi peralatan militer di bawah rencana pembelanjaan lima tahun. Filipina tahun ini membelanjakan 25 miliar peso untuk pengambilalihan dari Korea Selatan dan Israel.
Manila telah memesan dua kapal perang multifungsi dari Indonesia dan 12 pesawat tempur ringan jenis FA-50 dari Korea Selatan. “Nanti pada waktunya jabatan saya selesai, kita sudah akan punya sekitar 24 pesawat jet,” ucapnya.
Reporter: Richard Andika
Editor: Eriec Dieda