Dr Suzy: Tidak Mudah Mendiagnosis Penyakit Lupus

lupus, penyakit, perempuan, nusantaranews, penyakit lupus
Tidak Mudah Mendiagnosis Penyakit Lupus. (Foto: Ilustrasi/jalansehat.info)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dokter spesialis penyakit dalam OMNI Hospitals Pulomas, dr Suzy Maria mengatakan tidak mudah mendiagnosis penyakit lupus. Bahkan sering kali terlambat karena gejala yang sering tidak khas di awal perjalanan penyakit.

Kata dr Suzy, gejala penyakit lupus pada setiap penderita berbeda-beda, tergantung dari organ apa yang terserang. Data yang dilansir oleh Kemenkes pada tahun 2017 pun menyebutkan bahwa jumlah penderita penyakit lupus di Indonesia diperkirakan mencapai 1,5 juta orang dan dari 1,5 juta orang Indonesia yang terkena lupus hanya sekitar 1% yang menyadari dirinya menderita penyakit tersebut.

“Interaksi yang kompleks antara genetik dengan lingkungan dapat menjadi pemicu terjadinya lupus. Faktor lingkungan seperti stres dan sinar matahari dapat menjadi pencetus munculnya penyakit lupus pada orang yang memiliki kerentanan genetik,” katanya.

Baca juga: Perempuan Perlu Tahu Penyakit Lupus

“Stres dapat menyebabkan perubahan pada sistem saraf dan hormonal yang memengaruhi sistem imun. Paparan sinar matahari yang berlebihan pada siang hari dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan yang dapat menimbulkan respon autoimunitas,” tambah dr Suzy.

Katanya lagi, setelah gejala awal yang telah disebutkan di atas, ada beberapa tanda fisik yang khas, seperti rambut menipis hingga botak, bercak merah pada kulit wajah di daerah pipi (ruam menyerupai kupu-kupu), sariawan berulang.

Tanda lebih lanjut yang muncul bila sudah terjadi gangguan lanjutan, seperti bengkak pada seluruh tubuh akibat kadar albumin dalam darah di bawah normal (hipoalbuminemia) karena gangguan ginjal, lemah, dan pucat karena anemia, lebam kulit, mimisan, gusi berdarah akibat trombosit rendah bahkan penurunan kesadaran atau kejang karena ada keterlibatan sistem saraf.

Penyakit lupus ada yang ringan, sedang, dan berat. Dr Suzy menyarankan agar pada tahap ringan pun, bila sudah terserang lupus harus mendapatkan perawatan medis untuk mengontrol respon autoimunitas dan mengurangi kerusakan organ lebih lanjut.

“Dokter akan memberikan obat anti radang dan obat lainnya untuk mengontrol respon autoimunitas. Jenis obat yang diberikan bergantung pada organ apa yang terlibat pada lupus dan seberapa berat gangguan yang ditimbulkannya,” jelas dr. Suzy.

Adapun lupus disebut ringan bila stabil secara klinis. Pada tahapan ini tidak mengancam nyawa dan tidak menyebabkan kerusakan bermakna. Pada lupus sedang, baru menimbulkan penyakit yang lebih serius dan cedera ringan.

Sementara, jika terkena lupus tahap berat bisa mengancam nyawa. Akan tetapi, lupus yang berat dapat saja mengalami remisi atau sebaliknya lupus yang awalnya ringan sempat mengalami remisi dapat mengalami flare (gejala yang secara tiba-tiba menjadi derajat berat) atau menjadi lupus berat.

(ns/nvh)

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version