NUSANTARANEWS.CO – Menteri Sosial (Mensos), Khofifah Indar Parawansa, mengungkapkan bahwa yang menjadi pekerjaan rumah bagi pekerjaan sosial dan pekerja sosial adalah rekrutmen dan doktrin radikalisme yang sudah menyasar anak-anak usia sekolah menengah.
“Doktrin dan paham radikal sudah ada indikasi ditanamkan kepada anak-anak usia sekolah menengah, yaitu kelas 2 dan 3 atau berumur 14 dan 15. Maka, mesti disadarkan dan dihentikan melalui pendekatan kesejateraan sosial oleh pekerjaan sosial dan pekerja sosial,” ungkapnya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Nusantaranews, Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
Menurutnya, tantangan dari pekerjaan sosial dan pekerja sosial semakin kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, negara-negara di Association of South East Asia Nations (ASEAN) pun harus bersinergi mengatasinya.
Khofifah mengatakan, pasca digelarnya pertemuan yang dihadiri delegasi negara-negara ASEAN beberapa waktu lalu, maka setiap negara akan fokus pada tugas masing-masing, khususnya di sektor kesejahteraan sosial.
“Tugas Indonesia memahami identitas radikalisme dan mewujudkan kesejahteraan sosial, sekaligus menyiapkan standar kompetensi untuk pekejaan sosial dan pekerja sosial,” ujarnya.
Negara-negara ASEAN lain pun mendapatkan tugas yang sama seperti Indonesia, tapi berbeda tema dan fokus yang harus dikaji dan dipersiapkan pada pertemuan yang akan digelar di tahun depan.
“Bagi Indonesia, tidak hanya menyiapkan identitas memahami radikalisme dan mewujudkan kesejahteraan. Namun, ditambah dengan pemetaan masalah dan fokus pada penanganan masalah,” kata Khofifah.
Ia menjelaskan, hal itu terkait keputusan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengganti Millennium Development Goals (MDGs) dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang baru dimulai Januari 2016.
“Dari 17 point SDGs, Indonesia akan fokus pada poin kesatu dan kedua, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan, serta tidak ada lagi kejadikan kelaparan,” ujarnya.
Kondisi di atas merupakan tantangan bersama di depan mata bagi pekerjaan sosial dan pekerja sosial. Sebab, SDGs merupakan komitmen masyarakat dunia yang mesti menjadi bagian dari rencana kerja dan kebijakan pemerintah.
“Jelas sekali SDGs merupakan komitmen dari masyarakat dunia untuk mewujudkan kesejahteraan dan berupaya agar tidak terjadi kelaparan,” kata Khofifah menyudahi. (deni/red)
Berita-berita terkait: Radikalisme dan teororisme