Day of Dead, Parade Hari Kematian Tradisi Berabad Masyarakat Meksiko

Day of Dead, adalah parade Hari Kematian yang merupakan tradisi beabad usianya di masyarakat Meksiko. (Foto: Reuters)

Day of Dead, adalah parade Hari Kematian yang merupakan tradisi beabad usianya di masyarakat Meksiko. (Foto: Reuters)

NUSANTARANEWS.CO – Sebuah karnaval atau parade, biasanya ada untuk memeriahkan dan memperingati hari bahagia seperti hari kemerdekaan, ulang tahun kota, tahun baru, dan lain sebagainya yang merupakan hari-hari menggembirakan atau bersejarah. Namun, pernahkah anda melihat sebuah parade yang dilangsungkan untuk memperingati hari kematian?

Seperti itulah sebuah parade yang dikenal dengan nama Day of Dead dijalankan oleh lebih dari 700 orang yang sebelumnya telah dipersiapkan selama berbulan-bulan. Siang hari menjadi rama dan berwarna-warni oleh parade yang berjalan lebih dari 4 mil sepanjang jalan Paseo de Reforma, Meksiko pada Sabtu (28/10) lalu.

Berbagai aneka kostum unik dengan penutup kepala penuh dengan ornamen tengkorak, make up menyeramkan, para pemusik yang berdandan selayaknya hantu dalam film-film yang berkelopak hitam dan berbagai perlengkapan aksesoris serta mobil berhias tengkorak mewarnai parade tersebut.

Dilansir dari Reuters, warga Meksiko memang telah mengenal tradisi parade tersebut sebagaimana yang pernah ada dalam salah satu film Bond. Day of Dead biasanya dirayakan pada tanggal 2 November di plaza kota, rumah dan pemakaman-pemakaman.

Baca Juga: Di Meksiko Ada Tradisi Nyewu Layaknya di Nusantara

“Intinya parade ini adalah untuk merayakan hidup,” kata pendiri dan direktur artistik Anima Inc. “Ini dilakukan untuk menempatkan di benak masyarakat Meksiko unytuk sebuah tradisi penting. Jadi kami merasa bangga menunjukkan seseuatu dari Meksiko kepada dunia ini.”

Dua gempa besar yang terjadi pada September lalu tidak menyurutkan antusiasme masyarakat meksiko. Media lokal melaporkan setidaknya sebanyak 300.000 orang turut hadir untuk menyaksikan parade tersebut pada hari Sabtu. Gempa yang telah mereka alami tidak menyurutkan perayaan yang telah mereka kenal berabad-abad tersebut.

Pada parede tersebut juga diselingi dengan acara penghormatan kepada para tim tanggap bencana, tim penyelamat yang telah bekerja keras untuk mengeluarkan para korban selamat dari reruntuhan pda gempa kuat 19 September yang meruntuhkan bangunan-bangunan dan menewaskan setidaknya 230 orang.

“Bagi kami sebagai masyarakat itu adalah sesuatu yang sangat keras yang menggerakkan hati nurani kami,” kata Roman Marduez, pria berusia 51 tahun dengan kostum yang memiliki pesan #fuerzamoreloz (tetap kuat Morelos) yang mengacu pada salah satu daerah yang terkena dampak gempa terparah. “Parade itu bisa menjadi pengalihan, cara untuk melarikan diri (dari rasa trauma pasca gempa),” tambahnya.

Parade ini juga kemudia diisi pula dengan aksi solidaritas setelah gempa terkuat dalam beberapa dekede terakhir di negara tersebut.

“Kami tidak hanya berada disini untuk merayakan dan menari, tapi juga saat ada situasi buruk yang kita hadapi, kami bersama untuk saling membantu,” ungkap salah satu peserta perempuan bernama Violeta Canella Juarez.

Penulis: Riskiana/Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews

Exit mobile version