NUSANTARANEWS.CO – Bersafari kembali masa lampau merupakan hal yang sangat menyenangkan. Untuk menengok kembali peradaban beberapa abad silam, khususnya jejak kasultanan Islam di Nusantara, tampaknya Cirebon menjadi salah satu kota tua yang banyak merekam riwayat-riwayat tersebut.
Kota ujung timur Jawa Barat ini merupakan tempat persinggahan dua beradapan peradaban besar yakni Sunda dan Jawa. Wajar jika kemudian, kota ini memiliki corak budaya yang berbeda, karena menjadi tempat persinggahan antara suku Sunda dan Jawa.
Berada di lokasi perbatasan yang menghubungkan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, Cirebon memiliki banyak situs sejarah yang menarik untuk ditelusuri, khususnya tentang Islam di pulau Jawa. Berikut ini situs-situs bersejarah di Cirebon yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Keraton Kasepuhan
Sejak abad 17, Cirebon memiliki kesultanan yang tersohor di Nusantara. Keraton tersebut tak lain adalah Keraton Kaseputan. Bangunan Keraton Kasepuhan sampai saat ini masih berdiri kokoh.
Keraton Kasepuhan menjadi saksi sejarah bagaimana sistem kesultanan pernah berjaya di kota ini. Bagi penikmat sejarah yang hobi mengunjungi tempat-tempat bersejarah, maka Keraton Kasepuhan di Cirebon menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang wajib dikunjungi.
Keraton ini didirikan tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II. Beliau adalah salah satu cicit dari Sunan Gunung Jati. Saat ini, situs bersejarahnya kota Cirebon lebih banyak difungsikan layaknya museum. Di dalamnya terdapat benda-benda pusaka dan barang-barang peninggalan kerajaan di abad 15-17.
Keraton Kanoman
Keraton Kanoman merupakan salah satu situs sejarah tempo dulu yang banyak merekam kejayaan kasultanan Islam di Cirebon. Dengan luasnya yang mencapai tiga kali lipat luas lapangan sepakbola, situs ini masih banyak dikunjungi para wisatawan.
Secara historis, berdasarkan usia dan kemunculannya, Keraton Kanoman jauh lebih tua ketimbang Keraton Kasepuhan. Berada di bawah Kasultanan Cirebon muncul dua keraton, yakni Kanoman dan Kasepuhan.
Berdirinya Keraton Kanoman ini tak lepas dari pembagian kekuasaan di Cirebon kala itu. Dimana sepeninggal Panembahan Ratu Pakungwati II tahun 1666, memaksa Kasultanan Cirebon dibagi menjadi dua.
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan merupakan keraton terkecil diantara keraton-keraton lain yang ada di daerah Cirebon. Sampai saat ini, keraton yang mulai kehilangan otoritasnya sebagai sebuah kerajaan diakhir abad 17 ini masih berdiri kokoh. Pengunjung akan bisa menyaksikan sendiri di lokasi keraton tersebut, bagaimana sejarah Keraton Kacirebonan ini mewarnai perjuangan melawan kolonialisme.
Perlawanan terhadap kaum penjajah harus dibayar mahal oleh Pangeran Raja Kanoman, selaku pewaris sah Keraton Kacirebonan. Dimana ia bersama rakyat Cirebon kala itu melakukan pemboikotan terhadap kebijakan pajak yang dikeluarkan oleh pihak Belanda.
Situs Pejambon
Satu diantara banyak situs sejarah di Cirebon yang wajib dikunjungi adalah Situs Pejambon. Di situs Pejambon ini terdapat banyak sekali arca bersejarah. Setidaknya terdapat 25 arca, yang masih dijumpai di sana.
Namun sayang, pemerintah setempat kurang memiliki kepedulian terhadap keberadaan arca-arca peninggalan kerajaan pra-Islam tersebut. Hal ini tampak dengan tidak terawatnya situs Penjambon yang ada dilokasi.
Pejambon merupakan sebuah bangunan yang dikhususkan untuk menyimpan dan melindungi benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan pra-Islam tempo dulu. Secara fisik, bangunan Pejambon ini memiliki ukuran yang sangat kecil. Dimana kurang lebih lebar bangunan Pejambon sekitar sekitar 5×5 meter. (Red-01)