Cerpen

Cinta di Bangku Sekolah, Karya Samsul Arifin

cerpen, cerpen kelas kosong, cerpen rifki, kelas kosong, cerpenis indonesia, cerpen indonesia, cerpen nusantara, cerita pendek, nusantaranews
Kelas Kosong. (Foto: Ilustrasi/Shutterstock)

Cinta di Bangku Sekolah, Karya Samsul Arifin

Pada ujung fajar yang tampak di ufuk timur, senja-senja-pun lari mengintai pagi. Ketika lorong berspal bertumpahan para siswa yang akanpergi kesekolah, alunan ayat suci terdengar begitu indah. Gadis yang bermata indah, serta beralis manja melewati koridor SMA Tarbiyatul Muta’allimin dengan pelan dan santai, tapi tak lama kemudian ia menghilang, entah kemana? Rizal yang merupakan cowok yang drastis, juga kebetulanberada dikoridor saat itu, sehingga ia melihatnya dengan beberapa gadis lain yang melewati koridor. Ketika melihat gadis itu ia tidak terasa dengan jam masuknya.Ketika melihat pada jam yang terletak di tangannya, ia baru sadar.Kemudian Rizal langsung menuju kelasnya, berjalan terburu-buru.Sesampainya diambang pintu kelasnya, ia sedikit terkejut dengan mata terbelangah, seraya ketakutan. Ketika inginmengetok pintu kelasnya.Tapi, pintunya ada yang mendahuluinya membuka, Rizal tambah panikdengan kejadian itu. Karena, melihat guru didepannya dengan memegang spidol di tangannya, guru yang iatidak kenal sama sekali,sangat menakutkan baginya.

Setelah lama heningnya di ambang pintu, Rizal mengingat-ingat, entah kamana pikiranya melayang? Ia baruteringat dengan pesan bapak Kholis yang menjadi pengampu pelajaran Matematikan—nya, sebelumnya,“Anak-anak, bapak akan berhenti mengajar kalian, bapak ada kepentingan yang tidakt bisabapak tinggalkan, sehingga bapak harus mengorbankan kalian,maafkan bapak ya Nak. Tetapi, tenang saja, guruyang akan menggantikan bapak sudah ada kok, jadi jaga sikap kalian ya, bapak berharap kalian menajadi contoh bagi kelas-kelas lain.”Mengingat hal itu, Rizal kembali tersadar setelah melamun beberapa detik. “Ooh, berarti ini guru yang dimaksud Pak Kholis kemarin”Gerutu hati Rizal.

Pertemuan pertama kalinya,Rizal tak dapat memberi salam, entah apa yang sedang terjadi pada siswa yang drastis ini.

“Maaf Pak terlambat” ucapnya lirih.

Rizal langsung mengulurkan tangannya seraya menciumnya, tubuh Rizal merinding karena terasa bersalah telah telat pada pertemuan pertamanya.Apalagi, gurunya masih baru, ia takut dihukum.

“Kamu siswa kelas ini?” Tanyanya.

“Benar pak, saya siswa dikelas ini”Jawabnya dengan tangan gemetar.

“Oke, silahkan masuk!” Pintanya.

“Baik Pak” Jawab Rizal kembali dengan sedikitmalu. Karena sebagai ketua kelas, sekaligus ketua DPS,tidak sepatutnya terlambat.Karena, dia acuan semua siswa di SMA. Pelajaran berlansung sekitar satu jam setengah. Setelah beberapa menit kemudian, bel istirahat berbunyi,terdengar begitu jelas di kuping para siswa SMAwaktu itu. Tapi, tak ada siswi yang keluar dari kelas Rizal. Cewek-cewekpun, masih terpaku di bangkunya masing-masing.

Tak lama kemudian seorang cewek langsung mengangkat tangannyaserayabicara yang nyaring.Meskipun, dirinya merupakan pindahandari SMA AL-IKHLAS, tak ada sifat kaku. Apalagi, dia memang pernah menjdi ketua club sebelumnya, sehingga tak ayal kemudian jika sedikitberbeda kelakuannya dengan siswi yang lain. Rizal keluar terbahak-bahak.Melihat tingkah temannya yang aneh. Ketika para siswi semua keluar, Rizal juga bergegas pergi kekantin yang tak jauh dari gerbang depannya. Ketika, meja bundar yang kursinya melingkarinyabergetar,Rizal kaget dengan orang yang telah membulinya.

Baca Juga:  Berpihak Industri Padat Karya SKT, Pekerja MPS Tuban Pilih Cagub Khofifah

“Zal, nagapain kamu bengung sendiran?”ucapnya.

“Ngapain juga kamu ngagetin aku, pakek memukul meja segala?” Tanyanya balik.

“Biasa ajalah Zal, kita kan emang gini setiap hari” Jawabnya dengan enteng sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Meskipun ia terasa sakit jika dilakukan pada orang lain, tapi untuk dua bocah tengil ini, tak ada gunanya marah, karena ujung-ujungnya akan tetap bersahabat. Tapi, bukan kriteria mereka berkelahi sesama teman.Karena, meraka sama-sama mempunyai karakteristrik masing-masing yang dalam jiwa mereka tertanam ‘Binneka Tungggal Ika’ yang tak ada manusia satupun yang dapat mengubahnya. Kecuali sang Kholiq.

“Kamu tahu nnggak Fer?”Tanyanya kemudian.

“Iya nnggak tahuZal! kamu kan bertanya, bukan ngasih jawaban”,“Bercanda Zal, jangan ngambek lah”.

Ferymemang seperti pemain Stand Up Comedy,yang sesekali ia memang selalu suka bercanda.Kini, ia mulai menampakkankembali sifat kekonyolannya didepan sahabatnya.Sifat Fery masih tidak dapat hilangkan secepat kilatan petirl. Memang, dari sejak sama-sama belajar di bangku SD, ia selalu suka bercandatawa.Apalagi Rizal selalu satu kelas denganya. Entah kanapa pada jenjang yang lebih tinggi,Rizal yang suka dengan ilmu alam tidak pada ilmu sosial yang Fery minati. Tapi, pertemanan dan persahabatan tidak dapat dipisahkan dari mereka, meskipun setiap hari mereka selalu berdebat tentang perpedan jurusan dan perselisihan materi yang di dapat dari guru masing-masing. Kemudian ia emberitaukan pada Fery kalau Melia bersama guru barunya di dalam kelas.

Hisyam, selaku guru baru Matematika, ia tidak tahu apa yang mereka kerjakan. Tapi, sebagai manusiawi memang tak ada salahnya.Jika, ia terasa keberatan untuk meninggalkan temanya gadisnya bersama guru barunya berduaan.Pikiran mereka terbawa kepada kasus yang telah lama.

“Yang aku takutkan! Melia tidak tahu tingkah”Komentar Rizal. Meskipun dirinya baru kenal, tapi ia sedikit mengetahui sifat dan karakternya Melia.

“Aduh gimana ya,benar juga apa yang kamukatakan, tapi mau gimana lagi?”

Fery membuat rizal semakin bingung. Ia tidak memberi solusi tentang semua perihal yang dialami sahabatnya. Percekcokan semakin terbawa kelangit yang sama-sama tidak dapat disimpulkan secara cepat. Sehingga,bel masuk kembali terdengar.Pastinya mereka akan sama-sama membawa masalah kedalam kelasnya.Yang tak dapat dipungkiri akan mengganggu mata pelajaran berikutnya. Ketika mereka sama-sama berjalan di koridar SMA,mereka sama-sama menuju kelasnya masing-masing. Fery masuk terlebih dahulu masuk dari pada Rizal.Karena, kelasFery lebih dekat dari koridor depan. Rizal masuk sendirian. Fery, sahabat yang selalu hadir dalam dirinya mereka saling mempercayai. Apalagi, mengenai tentang temannya sendiri.

*****

Ketika Rizal berdiri diambang pintu kelasnya, ia mendengar isakan tagis dari dalam kelasnya. Rizal tak sabar ingin melihat siapa yang menangis.Ketika pintu dibuka dengan pelan, ia melihat seorang gadis yang menengkurap pada meja belajarnya.Rizal dengan pelan mendekati gadis itu, ia masih bingung siapa yang ada didalam kelasnya menangis.

Baca Juga:  Perkuat Nasionalisme dan Cinta Tanah Air, Camat Lenteng Lepas Lomba Gerak Jalan

Tapi ia yakin, yang pastinya bukan Melia yang sedang menangis. Ia tahu kalu sejak berteman tak pernah melihat tetesan air mata Melia yang keluar. Ketika melihat pita merah yang sedang Melia kepal, membuat hati Rizal tergores dengan realita yang dilihat. Ia semakin yakin bahwa yang menangis adalah Melia. Karena, pita merah yang Melia selalu pakai adalah pemberian darinya,di waktuperkenalan. Dengan sifat Rizal saat ini, layaknya seoarang laki-laki yang dewasa. juga mulai berubah sifatnya padaMelia, apalagi Melia yang selalu menggenggam pita pemberiannya.

Rizal seakan-akan jatuh cinta pada melia.Tap, tak pernah bercerita tentang perasaan dirinya pada Fery. Memang kebelakangan ini Rizal mulaimenyembunyikan sesuatu tentang dirinya. Ketika Rizal mengusappundaknya, airmatannya juga mulai menetetes.

“Mel, kenapa kamu menangis,,,?” Tanyanya pelan.

“Maaf Zal, aku nggak bisa menahan semua yang aku kehendaki”Jawaban Melia tersendak-sendak.

Dengan jawaban Melia,ia tambah bingung. Tapi, Rizal berusaha semaksimal mungkin untuk Melia bisa mengatakan sejujurnya padanya.

“Ini semua gara-gara kamu Zal!”Tiba-tiba Melia menyalahkannya.

“Emang siapa yang sudah membuat kamu kayak ini,,, aku? Tanyanya pelan.

“Kamu!” Lanjut melia.

“Kenapa kamu menyalahkan aku.?”

Sifat arogan Rizal kembali muncul,setelah sekian lamatak pernah terlihat. Bapak Hiyam marah, ketika Melia menyodorkan suatu pertanyaan yang tidak logis padanya. Jika memang Rizal yang salah pastinya Melia akan sedikit memberi alasan yang cukup konret padanya.Tapi, Melia tak dapat memberinya alasan, dia cuma termangu dan tak dapat berbicara.

“Aku dimarahi Pak Hisyam. Itu semua gara-gara kamu Zal”

“Kamu bilang gimana?”

“Angka berapa yang paling dibenci cewek?” Lanjut Melia.

Pantas saja jikagurunyamarah.Karena, pertanyaan Melia tidak logis. Rizal yang mulai menaruh perasaannya pada Melia, semakin tak tega melihat air mata yang melia keluakan.Seandainya Melia berubah, tentunyaapa yang Rizalinginkan pasti disampaikan pada Melia. Setelah sangat lama ia menatap muka Melia,Rizal semakinditerjang-terjeng perasaannya, yang memang terpendam dalam dirinya. Tapi, ia takut Melia tidak memberinya jawaban yangdiinginkan. Berselang dua menit. Rizal mengatakan cintanya pada Melia di waktu yang kurang tepat. Tetapi, Rizal menutup kupingnya, karena takut jawabanyang akan diberikan Melia tak sesuai dengan ke inginannya. Ternyata benar, Melia tidak memberinya jawaban yang ada dalamimajinasinya.Realitayang laki-laki benci sudah kembali Rizal dapatkan, ia mulai kembali pada jurang kegelapan, serta dampak dari semua cinta yang tak terbalaskan dari idamannya kembali terulang. Tapi,sewaktumau pergi dari kelasnya, karenamenahan rasa maluyang dialami. Entah kenapa, tiba-tiba Melia berteriak.

“Aku juga mencintaikamu!” Ucap Melia dengan lantang.

“Tetapi, aku malu ingin mengatakannya lebih dulu, karena aku cewek” Lanjutnya.

Baca Juga:  Berpihak Industri Padat Karya SKT, Pekerja MPS Tuban Pilih Cagub Khofifah

Pada saat itu juga mereka saling berdekatan dan berpelukan, merasakan hangatnya cinta yang baru sama-sama terucap dan terjawab, membuat dirinya terasa berada di alam mimpi. Yang tak kalah menariknya,mereka sama-sama ketua club, tapi tidak berandalan, berbeda dengan club yang lain. Meskipun club Melia Racing, semua teman-temannya tak pernah terdengar melakkukan pelanggaran di lalu lintas maupun di sekolahnya. Akhirnya mereka dapat menyatukan cintanyameskipun mereka memiliki Visi dan Misi yang berbeda.Tapi, mereka tetap bersatu. Dan benar jika cinta buta, seperti yang terjadi pada Rizal dan Melia, mereka tak mengenal siapa yang dicintai dan siapa yang mencintai, mereka yakin akan semua perasaannya adalah takdir yang terakhir.Mereka yakin bahwa tidak akan terulang kembali rasa sakit yang disisakan oleh Viro, mantan Rizal yang kelihatannya wanita baik.Tapi tidak, Viro berhasil membuahkan perih pada Rizal.

Viro menjalin hubungan dengan Rizal tak lama, mereka pacaran, tapi tak seperti orang yang lagi ada hubungan, setelah Rizal mengetahui semua tentang Viro,ia terasa sakit dan perih, Viro yang mempunyai sifat pendiam, ternyata dia juga anak club. Tetapi, club mereka juga tidak berandalan, hanya saja mereka sedikit jalanan, ya mereka sering pergi malam dan datang pagi. Mereka seakan-akan bukan manusiawi, karena tidak selalu tampak dirumahnya.

Dari beberapa hari berikutnya, ia juga sering bertemu di salah satu tempat yang jelas mereka tidak saling janjikan, serta mereka sama-sama tidak saling tegur sapa. Sifat Viro yang cuek masih tetap ia tampakkan pada Rizal, entah karena ia sudah bosan dengan Rizal atau mungkinada perihal lain yang membuat Viro acuh dengan kehidupan Rizal. Setelah beberapa minggu, ia sama-sama saling tidak memberi kabar, akhirnya Rizal memutuskan untuk memberi jalan peluang untuk orang lain menjagaViro, Rizal mundur dari semua kehidupan Viro. Dan pada akhirnya mereka sama-sama kehilangan kontak. Sehingga, Rizal tidah tahu akan keadaan Viro. Setelah beberapa tahun Rizal dengan kehidupan yang serba kesepian, akhirnya dia menemukan wanita yang akan menjadi penggantinya Viro yang selama-lamanya.

Melia gadis yang ia kenal di bangku SMA, membuat dirinya kembali pada kehidupan cinta yang abadi. Setelah menjalani hubungan dengan Melia. Seorang pelamin dalam hidupnya sudah ada di kehidupannya.Melia yang beralis manja akhirnya menjadi milik Rizal.Awalnya, Rizal hanya malihat Melia pada pertemuan pertama setelah UAS, yang membuat Rizal telat masuk kelas. Dan Rizal menaruh perasaannya sejak baru perkenalan, ia tidak menyangka. Gadis yang dilihat di koridor SMA, adalah teman baru di kelasnya, yang pada akhirnya menjadi pelengkap hidupnya.

 

 

 

Penulis: Samsul Arifin, kelahiran Sumenep, Madura, Jawa Timur. Anak Asuh Sanggar Basmalah, IKSANDALIKA dan sekarang kuliah di IST Annuqayah.

Related Posts

1 of 3,064