NUSANTARANEWS.CO – Seperti kita ketahui bersama bahwa minyak adalah jantung kehidupan AS, tanpa minyak roda industri dan militer AS akan lumpuh. Sebelum Barack Obama menjadi Presiden tercatat konsumsi minyak AS adalah sebesar 22 juta bph, dimana 13,5 juta bph berasal dari impor. Sejarah juga mencatat bahwa Amerika selama beberapa dekade menjadi negara pengimpor minyak terbesar di dunia.
Namun, pada tahun lalu, China membuat kejutan untuk pertama kalinya dalam sejarah dengan mengimpor lebih dari 7,34 juta bph. Sementara AS dilaporkan hanya mengimpor 7,2 juta barel per hari pada April 2015. Penurunan impor minyak AS tidak terlepas dari peningkatan produksi shale oil di dalam negerinya.
Seperti kita ketahui bahwa AS mulai meningkatkan produksi minyak dalam negerinya hampir satu dekade belakangan ini. Sehingga memicu penurunan harga minyak dunia. Ada data yang menyatakan, jumlah alat pengeboran minyak bertambah 44 unit di AS selama Juli. Ini merupakan penambahan terbanyak selama sebulan, dalam 2 tahun terakhir.
Sementara itu, harga minyak Brent masih bertahan di posisi US$ 1,39, ditengah penurunan harga minyak mentah di AS yang turun US$ 1,54 menjadi US$ 40,06 per barel. Hal ini diperkirakan akan memicu likuidasi perdagangan. Bahkan diprediksi harga minyak mentah AS bisa turun sampai di bawah US$ 40 per barel untuk pertama kalinya sejak April.
Seperti diberitakan Reuter, bahwa harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) produksi AS menyentuh US$ 39,86 per barel, atau tingkat terendah sejak 20 April 2016. Akibatnya saham-saham energi pun mulai terkoreksi berdasarkan laporan Indeks MSCI yang melacak saham di 45 negara, menunjukkan adanya angka penurunan 0,11 persen.(Banyu)