Cerpen: Orang Tua Terasing

sajak, sajak inarotul ummah, pilu ayahanda, rintihan pujangga, bertemu dalam sunyi, sajak indonesia, sajak penyair, penyeir indonesia, puisi indonesia, puisi nusantara, nusantaranews
Lukisan Lelaki Tuan dan Beban (The Old Man and His Burden). Pelukis/Artist Basoeki Abdullah (Cat Minyak di Kancas/Oil on Canvas – 80cm x 130 cm) tahun 1992. (Foto: Arsip SelArt/NUSANTARANEWS.CO)

Orang Tua Terasing

Oleh: Ainul Mizan

Pagi itu, Pak Ardi turun dari motor maticnya. Di kedua pundaknya sudah bergelantung sebuah tas kerja. Terlihat Pak Ardi merasa berat membawa tasnya yang berisi laptop. Kedua tangannya dengan setia menemaninya untuk menggendong tas kerjanya. Tidak lupa ia melihat kearah HPnya untuk sekedar mengetahui waktu.

“Wah… sudah pukul 7.30 Wib”, segera Pak Ardi mempercepat langkah kaknya. Di kantor, Pak Ardi segera absen dengan finger print yang ditempatkan layaknya sebuah kamera CCTV.

Ya, terlihat wajahnya begitu antusias guna mengisi hari. Tadi malam, kepala sekolah telah memberikan mandat padanya. Pak Ardi sudah mematangkan konsep Lomba Gebyar Literasi. Pak Ardi begitu senang dengan senyum sumringah. Sumringah lantaran di sekolah ia akan mengkoordinir pembahasan bersama para guru. Wajarlah, karena Pak Ardi berposisi sebagai Koordinator Bidang Kekurikuluman.

Usai sudah ia melaksanakan tugasnya. Agenda berikutnya adalah sosialisasi kepanitiaan PPDB 2020/2021. Satu per satu nama guru disebutkan dengan posisinya di kepanitiaan. Tiba giliran nama Pak Ardi disebut oleh ketua panitia. Pak Ardi ditempatkan sebagai sie perlengkapan bersama cleaning servis sekolah. Bak disambar petir di siang bolong. Lenyap sudah guratan senyum di wajahnya. Ia menjadi pendiam selama rapat PPDB berlangsung.

Di dalam hatinya ia bergumam,“begitu teganya menempatkan dirinya di posisi sie perlengkapan. Dirinya itu bagian dari manajemen sekolah, orang yang lebih tua dibandingkan guru lainnya. Apakah ia akan disuruh ini dan itu oleh mereka yang masih unyu–unyu?? Betapa menyakitkannya. Manakah adab mereka terhadap orang yang lebih tua”.

Ia merasa kesepian dalam keramaian. Semua panitia begitu serunya berdebat tentang PPDB dan strateginya. Ah, kejam sekali mereka, pikirnya.

Di rumah, sang istri berpesan, “semua hal kalau kita ambil sisi negatifnya tentu akan terasa berat dan tidak adil. Tapi coba kalau kita berpikir positif, dengan berada di posisi perlengkapan, kerja abi tidak berat, hanya dibutuhkan saat hari H pelaksanaan orientasi siswa baru. Di samping itu, kita bisa belajar dengan berada pada posisi yang bukan menjadi harapan kita”.

Perasaan Pak Ardi terasa lebih tenang. Ia menyadari kadang kala pikiran diri sendiri itu yang membelenggu kemerdekaan diri dan perhatian terhadap kasih sayang orang lain. Ternyata hikmah selalu ada walau dalam keterasingan pola berpikir di saat diri merasa superior dalam senioritas. #

Exit mobile version