Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch
BERGURU PADA KI HADJAR DEWANTARA
Di haribaan bumi Ibu Pertiwi bernama Indonesia
Telah dua dasawarsa terucap Sumpah Pemuda
Sebagai penanda bagi kebangkitan jiwa
Bangkitnya Indonesia
Satu Nusa
Satu Bangsa
Satu Bahasa
Indonesia
Seabad silam itu tanah air ini masih gelap gulita
Saat penjajah dengan pongahnya menjarah segalanya
Jati diri dan akal budi menjadi asing di bumi ini
Kaum pribumi selalu dikebiri
Di dalam sesak nafas kaum bumi putra
Telah lahir suara lantang dan nyala api para pejuang
Agar janji kemerdekaan dengan cerdas dan gagah ditunaikan
Tersebutlah nama pendiri Tamansiswa
Lelaki pemberani bernama Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan baginya adalah senjata
Untuk meruncingkan cita-cita bagi kedaulatan bangsa
Lebih runcing dari bambu runcing
Pendidikan adalah menajamkan akal budi dan jati diri demi tegaknya kedaulatan bangsa
Tanggal 2 Mei itu Ki Hadjar menggenggam fajar di tangan kanannya
Menajamkan pena untuk perjuangannya
Bersama Kyai Ahmad Dahlan yang begitu khusyuk menyalakan matahari
Yang menjadikan Al-Maun sebagai kredo jihadnya
Dan Hadratusyaikh Hasyim Asy’arie yang mengobarkan jihad di ufuk lazuardi
Menyulut takbir bagi kemenangan Ibu Pertiwi
Ki Hadjar Dewantara rela melepaskan gelar kebangsawanan dalam dirinya
Sebab gelar priyayi yang tinggi dan tidak membumi hanya akan memenjarakan diri sendiri
Darah Biru yang mengalir dalam tubuhnya
Trahing Kusumo, Rembesing Madu yang melekat dalam dirinya
Tak ada artinya jika kebodohan masih bersarang dan merajalela di tanah air tercinta ini
Dengan atau tanpa ordonansi
Pendidikan harus menjadi sumbu dan nyala api bagi Ibu Pertiwi
Menjadi penerang dan jiwa merdeka di hati sanubari seluruh bangsa
Pendidikan bagi Ki Hadjar adalah kunci
Pembuka cakrawala bagi kejumudan dan sikap apriori
Pendidikan adalah perlawanan bagi penindasan
Dalam kredo Ki Hadjar
Pendidikan adalah menyalakan jiwa sejati sang manusia agar menjadi lapang dada
Membuka jendela bagi iman dan ilmu untuk menyaksikan keindahan semesta
Sebab iman dan ilmu yang tanpa disertai lapang dada
Akan menjelma rumput kering yang mudah menyala
Menjadi taburan abu dan hitam jelaga
Apakah hari ini cita-cita untuk memuliakan manusia itu masih menyala?
Ki Hadjar Dewantara bertanya padamu
Ing Ngarso Sung Tulodo
Saat di depan jadilah pemimpin
Jadilah teladan bagi hadirnya kemuliaan dan kemanusiaan
Jujur dalam sikap
Jujur dalam laku
Jujur dalam bertutur
Jadilah pemimpin yang berjiwa penggembala
Sebab Kodrat Alam telah mengajarkan segalanya
Ing Madyo Mangun Karso
Saat di tengah selalu bersikap amanah
Menjaga keseimbangan antara langit dan bumi
Menanam kebajikan di ladang nurani
Tut Wuri Handayani
Manakala di belakang selalu taat pada rambu dan jejak kebajikan
Mendorong tumbuhnya ruh untuk marwah kemanusiaan
Ki Hadjar Dewantara menaburkan benih-benih ilmu di dalam Panca Dharma
Agar Kodrat Alam, Kemerdekaan, Kebudayaan, Kebangsaan dan Kemanusiaan menjadi acuan ilmu dan laku untuk menggapai peradaban
Gus Nas Jogja, 02-05-2018
HM Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional.
Baca juga: Ibu Kita Syahrini – Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com