Batam Terancam Jadi Pulau Penimbunan Impor Limbah Plastik

Kantor Pelayanan Umum (KPU) Bea dan Cukai Tipe Batam, Kepulauan Riau akhirnya menghentikan sementara proses impor 65 kontainer yang masuk di Pelabuhan Peti Kemas Batuampar, Batam. (DOK YUYUN/Kompas)
Kantor Pelayanan Umum (KPU) Bea dan Cukai Tipe Batam, Kepulauan Riau akhirnya menghentikan sementara proses impor 65 kontainer yang masuk di Pelabuhan Peti Kemas Batuampar, Batam. (DOK YUYUN/Kompas)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono menilai salah satu pulau di Indonesia terancam menjadi tempat penimbunan impor limbah plastik oleh para mafia importir limbah plastik.

“Batam terancam jadi pulau penimbunan impor limbah plastik yang dilakukan oleh para mafia importir limbah plastik yang bersekongkol dengan para oknum Bea cukai, Kementerian perdagangan, dan BP Batam,” kata Arief dalam keterangan resminya yang diterima, Senin (1/7/2019).

Arief mengungkapkan bahwa, mayoritas pengusaha importir limbah plastik B3 dan pengelolaannya banyak dijalankan oleh para investor dari RRC dengan memanfaatkan zona ekonomi eksklusive yang bebas pajak untuk impor dan pengelolaan plastik.

“Dan Kepulauan Batam hanya menikmati pendapatan gaji untuk Pekerjanya saja,” ujar Arief.

Lebih lanjut dia mengatakan, maraknya impor limbah plastik B3 yang setelah dikelola dankembali meninggalkan limbah di Batam dari produkmya, produk tersebut diekspor ke Cina dengan bebas pajak.

Ada kabar, sambungnya, kontainer berisi ribuan ton limbah plastik asal AS yang tertahan di pelabuhan Batu Ampar. “Usut punya usut, ternyata pengiriman sampah tersebut ke Batam tidaklah gratis, alias ada nilai dollar yang diberikan pihak AS kepada oknum pengusaha Batam yang jadi penampungnya,” kata dia.

Arief menjelaskan, limbah plastik tersebut ternyata bernilai miliaran. Berapa dolar yang diterima oknum pengusaha Batam yang menadah sampah plastik tersebut? Info dari AS, ungkapnya, menyebutkan untuk setiap ton sampah yang masuk dan diolah bernilai US$350 /ton.

“Artinya, oknum yang menadah sampah tersebut mendapat bayaran US$350 /ton. Bisa dibayangkan berapa ribu ton sampah yang tersimpan dalam 65 kontainer tersebut? Info terkini, jika 65 kontainer itu lancar masuk tanpa hambatan maka sekitar 100 kontainer baru siap masuk ke Batam,” bebernya.

Tekanan Orang Pusat

Arief menduga aksi tersebut juga ada peran orang berpengaruh di Jakarta yang memberikan pelindungan bisnis limbah tersebut.

“Patut diduga ada ‘orang kuat’ di jakarta yang bermain dan melindungi bisnis Limbah Dollar ini. Tangan orang pusat ini yang menggurita sampai ke daerah dan mencoba intervensi proses penanganan limbah tersebut. Dan patut diingat, limbah ini tidak hanya masuk ke Batam tapi juga ke daerah lain di Indonesia,” katanya.

Tidak hanya itu, Arief juga menduga terdapat peran media yang pro limbah plastik di Indonesia. “Framing berita yang menyebut seolah ribuan ton sampah tersebut adalah sumber devisi merupakan upaya mempengaruhi persepsi publik dan melindung praktek kotor di balik bisnis limbah tersebut,” hematnya.

Bahkan, lanjut Arief, beberapa media online disinyalir sudah menjadi corong oknum pengusaha Batam tersebut dengan tawaran uang yang menggiurkan.

“Welcome to the Garbage Island!,” ujar politisi Gerindra tersebut.

“Menurut informasi, kasus limbah plastik banyak yang mandi dollar, banyak melibatkan petinggi BC, Menkeu, Mendag dan aparat Penegak hukum di Batam,” tandas Arief. (red/nn)

Editor: Achmad S.

Exit mobile version