NUSANTARANEWS.CO. Banda Aceh – Banda Aceh tidak layak jadi Kota Kebudayaan karena “Titik Nol” Banda Aceh jadi kawasan pembuangan tinja dan sampah, kata ketua Peusaba Aceh, Mawardi Usman dalam sebuah pernyataan tertulis kepada redaksi.
“Kota Banda Aceh sama sekali tidak layak menjadi Ibukota Kebudayaan Indonesia, Kata ketua Peusaba Aceh, Selasa (30/3).
Peusaba mempertanyakan bagaimana bisa menjadi Ibukota Kebudayaan, sedangkan kawasan pusat kebudayaan dan asal muasal Kota Banda Aceh yang menjadi “Titik Nol” Kota Banda Aceh saja menjadi tempat pembuangan tinja dan sampah?
Sebelumnya telah diberitakan bahwa Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) telah menjadikan Banda Aceh sebagai Ibukota Kebudayaan Indonesia dalam rapat Pra Kongres JKPI 2021. Sementara Walikota Banda Aceh terus saja memaksakan kehendaknya untuk memusnahkan pusat kebudayaan tertua Banda Aceh di Gampong Pande.
Dikatakan Peusaba, Titik Nol Kesultanan Aceh Darussalam sebagai asal mula Banda Aceh yang didirikan oleh Sultan Johan Syah pada 22 April 1205 – kini dijadikan lokasi proyek pembuangan sampah dan tinja oleh Walikota. “Bagaimana Banda Aceh bisa disebut kota berbudaya. Sedangkan pusat budaya jadi gunung sampah dan kolam tinja,” tanya Peusaba.
“Tidak layak Banda Aceh dinobatkan sebagai Ibukota kebudayaan, karena tindakan pemusnahan kawasan pusat budaya oleh Walikota – sebagai sebuah cerminan perilaku yang justeru jauh dari budaya yang beradab. Hal ini malah memalukan Aceh di mata dunia,” tegas Ketua Peusaba.
Ketua Peusaba juga menyampaikan protes kepada JKPI yang didukung oleh pusat – yang menjadikan Banda Aceh sebagai Ibukota Kebudayaan. “Apakah ini langkah JKPI yang mendukung secara halus kebijakan Walikota Banda Aceh untuk melanjutkan proyek IPAL sekaligus pemusnahan makam Raja dan Ulama di Gampong Pande?” tandas Ketua Peusaba.
Peusaba mengingatkan bahwa akan ada efek dunia akhirat bagi siapapun yang sengaja mendukung pemusnahan makam Raja dan Ulama di Gampong Pande.
Ketua Peusaba mengingatkan bahwa Pangeran Diponegoro menjadi pahlawan besar karena mempertahankan makam indatunya yang dihancurkan Belanda. Akibatnya terjadi Perang Jawa yang membuat bangkrut Belanda.
Oleh karena itu, Peusaba mengingatkan agar Walikota Banda Aceh dan Pemerintah Pusat belajar dari sejarah, jangan mengulangi sejarah buruk kaum penjajah yang ingin melenyapkan peradaban sejarah nusantara yang menimbulkan kemarahan rakyat. (Red)