Alih-Alih Tahan Laju Perokok, Pengguna e-Cigarette Justru Meningkat

e-Cigarette atau rokok elektrik (Foto: Reuters)

e-Cigarette atau rokok elektrik (Foto: Reuters)

NUSANTARANEWS.CO – Meski disebut-sebut oleh banyak kalangan medis dinilai berbahaya, namun tren penggunaan e-Cigarette atau rokok elektrik kini menjadi gaya hidup diberbagai belahan dunia dan terus meningkat.

Sebagai informasi, a-cigarette merupakan tabung logam panas yang cairannya dicampur dengan nikotin dan menghasilkan uap ketika dihirup. Cairan tersebut memiliki beragam rasa, seperti permen.

Penggunaan perangkat e-cigarette telah berkembang hingga ke Amerika Serikat. Menurut Wells Fargo Securities, angka penjualan di AS bahkan sudah mencapai 4,1 miliar dollar pada tahun 2016.

Keberadaan e-Cigarette masih menuai kontroversi di kalangan para ahli. Pasalnya, e-cigarette yang dimaksudkan untuk menahan laju perokok malah dikhawatirkan akan menyebabkan toksisitas karena kandungan dalam rokok elektrik tersebut.

“Penelitian ini menunjukkan e-cigarette menjadi sangat populer di seluruh Eropa, dengan lebih dari satu dari sepuluh orang di Eropa saat ini setelah mencoba satu,” kata Filippos Filippidis, yang memimpin studi Eropa dan diterbitkan dalam jurnal BMJ Tobacco Control seperti dikutip Fox.

Filippidis mengatakan pihaknya masih menyimpan pertanyaan-pertanyaan apakah e-cigarette memiliki risiko jangka panjang. “Kami sangat membutuhkan penelitian lanjutan sehingga kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,” tambahnya.

Dalam kurun waktu 2012-2014, jumlah rata-rata orang Eropa mengkonsumsi E-cigarette mencapai 60 persen. Inggris memiliki porsi rata-rata tertinggi dari negara-negara lainnya di daratan Eropa. (*)

Editor: Romandhon

Exit mobile version