NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbaru tentang elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2019. Salah satu isu yang dimuat ialah soal siapa calon wakil presiden potensial.
Pengumpulan data survei LSI Denny JA ini dilakukan pada 28 April hingga 5 Mei 2018. Metode survei menggunakan multistage random sampling. Jumlah responden sebanyak 1200, wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dan margin of error sekitar 2,9 persen.
Menurut LSI, cara paling sahih untuk mengukur kelayakan calon wakil presiden ialah dengan metode expert judgment.
Pertama, disusun 6 indeks (kriteria) yang harus dipenuhi oleh cawapres. Kedua, enam indeks tersebut memiliki skor 1-10. Satu paling kecil hingga sepuluh paling besar. Ketiga, setiap cawapres akan diberi nilai oleh para ahli untuk setiap indeks dengan skor 1-10 tersebut. Keempat, ada 30 ahli yang dilibatkan untuk menilai skor masing-masing indeks cawapres (peneliti dan akademisi). Kelima, skor setiap setiap cawapres untuk setiap indeks adalah angka rata-rata dari 30 ahli dan sudah dibulatkan.
Menurut LSI, ada enam indeks mengukur kelayakan cawapres di antaranya menambah dukungan elektabilitas, menambah kecukupan partai, menambah kapasitas kemampuan memerintah, akseptabilitas/kenyamanan capres berpasangan, mengakomodasi kelompok politik penting (agama, suku, militer/sipil) serta menambah dana untuk kampanye.
Siapa cawapres potensial dari partai untuk Jokowi? Survei LSI menyebut tiga nama di antaranya Airlangga Hartarto, Budi Gunawan, dan Puan Maharani.
Dari total keseluruhan enam indeks yang digunakan untuk mengukur kelayakan cawapres tersebut, Airlangga Hartarto mendapat poin 34, Budi Gunawan 32 dan Puan Maharani 27.
Sedangkan cawapres potensial dari kalangan militer untuk mendukung Jokowi muncul nama Moeldoko, Agus Harimurti Yudhoyono dan Gatot Nurmantyo.
Sementara cawapres potensial dari tokoh Islam muncul nama TGB Zainul Majdi, Muhaimin Iskandar dan Romahurmuziy. Namun begitu, ada sejumlah nama lain yang tak kalah potensialnya seperti Ahmad Heryawan, Din Syamsuddin, Mahfudz MD hingga Habib Riziq Shihab.
Sementara cawapres potensial untuk Prabowo Subianto muncul sejumlah nama di antaranya Ahmad Heryawan, Muhaimin Iskandar dan TGB Zainul Majdi. Kemudian jika Gatot Nurmantyo menjadi calon presiden, survei LSI menempatkan tiga nama sebagai cawapres potensial di antaranya Muhaimin Iskandar, Agus Harimurti Yudhoyono dan Ahmad Heryawan.
“Pada Pilpres 2009, Boediono bukanlah tokoh yang elektabilitasnya paling tinggi. Namun dipilih oleh SBY sebagai cawapres. Hal ini membuktikan bahwa elektabilitas tak selamanya menjadi indikator utama,” katanya. (red)
Editor: Yahya Suprabana