Adakah Solusi Konflik AS-Iran Yang Sudah Mendidih?

Adakah Solusi Konflik AS-Iran
Adakah Solusi Konflik AS-Iran yang sudah mendidih

NUSANTARANEWS.CO – Adakah solusi konflik AS-Iran yang sudah mendidih? Kegagalan diplomasi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe baru-baru ini untuk menengahi konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran, boleh jadi karena tekanan sanksi Washington yang begitu kuat menghujam Teheran. Sehingga menimbulkan daya tolak yang sama kuatnya. Lain cerita, bila AS kemudian mencabut sanksi dan menarik kekuatan militernya yang merupakan ancaman nyata bagi Iran.

Empat puluh tahun setelah revolusi yang mengejutkan oleh para Mulah – telah melahirkan sebuah sistem politik Iran yang unik yang mampu menahan tekanan AS dan mengatasi kesulitan ekonomi negara hingga saat ini.

Menjadi fenomena menarik adalah konsistensi Presiden Trump yang secara kontinyu melakukan tekanan keras terhadap Iran dalam dua setengah tahun terakhir. Mengapa bukan Rusia, Cina, Venezuela, atau Korea Utara. AS secara sepihak telah membatalkan perjanjian nuklir Iran 2015 yang dikenal dengan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), melabel Korps Pengawal Revolusi Islam sebagai organisasi teroris, menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap hampir seribu orang dan entitas, serta mengambil langkah-langkah pembatasan sampai titik nol terhadap ekspor minyak Iran.

Kebijakan “terorisme ekonomi” rezim AS ini telah mendorong sebagian besar negara – termasuk yang tidak setuju dengan kebijakan Trump – menilai tetap lebih baik mempertahankan hubungan perdagangan dan investasi dengan AS dari pada dengan Iran.

Ekspor minyak Iran mengalami penurunan tajam, dan isolasi ekonominya nyata. Mata uangnya anjlok. Ada laporan tentang lonjakan harga, kekurangan makanan dan obat-obatan, serta berkurangnya transfer keuangan ke Hizbullah dan berbagai milisi yang menjadi pusat upaya Iran untuk mengerahkan pengaruh di sekitar kawasan tersebut.

Tekanan ekonomi yang semakin kuat, hasil akhirnya mungkin mengarah pada perang skala penuh yang sebenarnya. Apalagi Iran telah mulai meningkatkan pengayaan bahan nuklirnya. Semua ini menimbulkan risiko konflik terbuka. Hampir dapat dipastikan konflik akan meningkat dan menyebar, membawa dampak buruk bagi AS, Israel, Iran, dan kawasan regional. Bahkan global.

Kritik pemerintah Trump terhadap JCPOA tidaklah fair. Dengan standar gandanya, AS melarang nuklir Iran, tapi membolehkan Israel memiliki senjata nuklir. Lebih jauh, AS bahkan ingin membatasi pengembangan teknologi rudal balistik Iran – yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Iran.

Si vis pacem, para bellum. Jika menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk berperang. Iran tampaknya telah bertekad lebih baik perang daripada menyerah di bawah penindasan rezim AS. (Agus Setiawan)

Exit mobile version