64 Juta Jiwa Masyarakat Indonesia Rentan Terpapar Bahaya Banjir dan Tanah Longsor

Ilustrasi Dampak Bencana Banjir. Foto via republika

Ilustrasi Dampak Bencana Banjir. Foto via republika

NUSANTARANEWS.CO – Tingginya curah hujan akibat pengaruh dari La Nina lemah, menguatnya Dipole Mode negatif dan hangatnya perairan muka air laut di sekitar Indonesia telah menyebabkan meningkatnya banjir, longsor dan puting beliung.

Selain itu luasnya daerah aliran sungai yang kritis, kerusakan lingkungan, degradasi sungai, tingginya kerentanan dan masih terbatasnya mitigasi struktural dan non struktural di masyarakat menyebabkan bencana terus meningkat. Jutaan jiwa masyarakat tinggal di daerah-daerah rawan bencana.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (13/11/2016) memaparkan, ada 64 juta jiwa masyarakat yang terpapar dari bahaya banjir dengan intensitas sedang hingga tinggi.

Begitu juga dengan longsor, ada 40,9 juta jiwa masyarakat yang terpapar oleh bahaya longsor sedang hingga tinggi. Mereka tinggal di zona merah dengan kemampuan mitigasi yang masih terbatas sehingga saat terjadi hujan sebagai pemicu maka terjadi bencana.

Beberapa daerah yang sebelumnya jarang terjadi bencana, saat ini mudah terjadi bencana. Misal Kota Bandung yang secara beruntun mengalami bencana. Pada Minggu (23/11/2016) Kota Bandung kembali direndam banjir karena hujan beritensitas tinggi dan drainase perkotaan yang sudah tidak mampu menampung aliran permukaan. Hujan es dan angin kencang terjadi di beberapa tempat sehingga menyebabkan pohon tumbang. Stasiun keretaapi di Kota Bandung juga direndam banjir. Jakarta yang makin rentan oleh banjir dan puting beliung.

Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung. Diprediksikan hujan akan terus meningkat hingga puncaknya pada Januari 2017 mendatang. Sesuai dengan polanya, Januari merupakan puncak curah hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Pola bencana juga menunjukkan bahwa Januari adalah bulan paling banyak bencana di Indonesia. (Rls/Red-01)

Exit mobile version