Bersamaan dengan syukuran hari ulang tahun Partai Gerindra yang ke -11 dan diselenggarakan sangat sederhana di rumah Pak Prabowo di Hambalang, sekitar 30 wartawan dari berbagai media diundang ke rumah Pak Prabowo di Hambalang.
Wartawan yang tadinya ikut makan malam di Pendopo, selesai makan malam diajak keliling ke rumah Pak Prabowo menuju kantor Pak Prabowo, sekaligus mencari konsultan dari Rusia, dan ternyata nggak nemu..ha…ha..
Setelah Pak Prabowo selesai acara makan malam dan mengantar para tamu pulang, Pak Prabowo menemui para wartawan yang sudah menunggu lesehan di ruang kantornya.
Diskusi yang dimulai sekitar pukul 22.00 dan berakhir pukuk 01.00 dini hari tadi malam (5/2), penuh dengan curhatan Pak Prabowo yang selama ini dimusuhi media dan juga curhatan wartawan yang sebetulnya sering nulis sesui dengan fakta, tapi nanti oleh bosnya para redaktur sampai Pimred tidak dimuat atau malah dibelokkan.
Suasana diskusi selama tiga jam dipenuhi gelak tawa, bahkan tak jarang Pak Prabowo berakting marah dan menggebrak meja, namun kemudian saat melihat wajah wartawan kelihatan tegang, Pak Prabowo langsung bilang… “Ayoo pada takut ya? Saya ngomong keras sebetulnya supaya kalian tidak ngantuk,” kata Pak Prabowo dengan senyum penuh kemenangan sambil menari-nari, karena berhasil mengecoh wartawan. Tak pelak wartawan pun tergelak-gelak.
Seorang wartawan wanita dari sebuah TV menanyakan kenapa Pak Prabowo tidak sering tampil melucu, padahal aslinya lucu, tapi memilih tampil garang, sehingga persepsi masyarakat Pak Prabowo gampang marah dan impulsif? Pak Prabowo mengatakan, “Tadi saya ketemu tokoh wanita namanya (sensor-red), terus bilang ke saya, Pak Prabowo kalau debat jangan tampil melucu dong, kan Pak Prabowo negarawan. Jadi saya bingung nih,” sambil niruin gaya kemenyek seorang tokoh wanita yang menasehatinya.
Namun wartawan perempuan lain dari media cetak besar malah meminta Pak Prabowo tampil seperti sekarang aja, dengan apa adanya. “Nanti bapak capek kalau harus ngikuti orang suruh ini, suruh itu. Lha bapak ini kan mantan tentara ya kalau ngomong harus tegas, masak tentara ngomong lembek-lembek,” kata wartawati yang memang sudah lama kenal Pak Prabowo dan akhirnya disambut sepakat wartawan lain.
Dalam diskusi itu Pak Prabowo mengaku sebetulnya sangat menyukai dunia jurnalistik dan menghargai karya wartawan. Apalagi dia pernah menjadi wartawan. “Jelek-jelek gini aku ini mantan wartawan, bahkan pernah menjadi Pimred lho,” saat semua orang terkejut termasuk saya, karena ini bagian cerita yang terlewat selama saya mengenal Pak Prabowo.
“Iya bener! Di Inggris lagi,” katanya serius. Saat semua masih bengong, Pak Prabowo melanjutkan, “Iya jadi wartawan di media sekolah saat aku kelas 12 (kelas 3 SMA), makanya aku tau bagaimana mengedit naskah dan bisa menulis,” katanya bangga, dan disambut tepuk tangan wartawan.
Karena sedikit banyak mengenal dunia jurnalistik itulah, Pak Prabowo heran dengan fungsi wartawan yang seharusnya menyampaikan kebenaran dan menjadi pilar keempat bangsa, tapi belakangan ia justru melihat fungsi itu tdk terjadi.
“Masak kalian lihat 10 juta orang hadir di Monas gak ditulis, gak diliput, giliran ada yang liput ditulis hanya 15 ribu yang hadir,” keluh Pak Prabowo. Namun kemudian seorang wartawan mengaku sampai marah di kantornya menggebrak meja, karena tulisannya diubah dari jumlah jutaan ke ribuan oleh atasannya.
Pak Prabowo pun menyadari bahwa wartawan hanya pekerja, sedangkan pemiliknyalah yang melakukan intervensi kebijakan redaksi melalui para Pimred dan petinggi media lainnya.
Namun meski hanya sebagai karyawan, Pak Prabowo berharap wartawan juga punya idealisme dan indepedensi.
Menyinggung soal propaganda Rusia, Pak PS (Prabowo Suianto) tertawa ngakak, diakuinya dia bersama Pak Hasjim memang banyak berbisnis di kawasan Rusia dan sekitarnya, tapi itu dulu, katanya. “Kalau sekarang ya saya nggak punya konsultan. Jangankan dari asing, dari Indonesia saja nggak punya,” tuturnya.
Berbagai cerita seru mengalir demikian cair tadi malam, apalagi wartawan boleh bertanya apa saja. Dan meski sudah pukul 1 dini hari, Pak PS masih terus menantang untuk yang masih kuat berdiskusi, dan ternyata para wartawan yang malah tidak kuat begadang.
Pertemuan diakhiri dengan ngevlok masing masing wartawan. Bahkan ada beberapa wartawan yang mengaku istrinya sangat ngefans sama Pak Prabowo minta Pak Prabowo menyapa istri istri mereka yang di rumah, dimana Pak Prabowo diberi nama istri istri mereka dan Pak Prabowo disuruh menyapa. Masyaallah!!!
Tak hanya itu ada wartawan yang datang dan mau menikah, ternyata malam itu membawa pacarnya, juga ngevlok minta Pak Prabowo mendoakan di video tersebut.
Semoga setelah pertemuan tadi malam, kalau toh wartawan tidak bisa menyuarakan banyak hal kebenaran yang disampaikan Pak Prabowo, karena hambatan dari pemilik, tapi secara pribadi mereka tidak akan menipu nuraninya, bahwa apa yang dikatakan Prabowo tidak ada satu pun yang hoax, dan Prabowo bukan pemimpin yang anti kritik. (**)
*Nanik Sudaryati, Penulis Adalah Wartawati Senior