NUSANTARANEWS.CO – Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh menetapkan jejak prasejarah “Loyang Ujung Karang dan Loyang Mendale” sebagai wisata arkeologi.
Melalui sebuah brosur Dinas Kebudayaan yang diterima disebutkan, penemuan situs prasejarah di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang, Aceh Tengah, patut dikatakan sebagai temuan fenomenal di bidang arkeologi. Baik di dalam negeri maupun regional. Temuan di kedua situs ini, mampu mematahkan beberapa teori penyebaran budaya bangsa Austronesia.
Pada bagian ini, penulis akan menyajikan temuan benda-benda yang diperkirakan berusia antara 3.000 hingga 4.000 tahun di sebuah gua yang terletak di Loyang Ujung Karang, Dusun Blok, Kampong Jongok Meluem, Kecamatan Kebayakan, sekitar 2,5 kilometer dari Takengon — ibu kota Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Detilnya, gua terletak sekitar 200 meter dari tepi jalan lintas Desa Blok Ayangan. Gua dikelilingi areal persawahan.
“Dua Kerangka dalam satu kubur, ditemukan di Loyang Ujung Karang, diperkirakan berusia 4,400 tahun yang lalu. Kerangka ini dibukur dengan posisi masing-masing memeluk batu, kaki terlipat seperti semua kerangka yang ditemukan baik di Loyang Ujung Karang maupun di Loyang Mendale. Posisi kaki dilipat ini menggambarkan posisi seperti bayi dalam kandungan,” demikian tulis Dinas Kebudayaan Kabupaten Aceh tengah.
Jejak Prasejarah Loyang Mendale
Di loyang Mendale ditemukan pahat batu yang diperkirakan berusia sekitar 3.000 tahun yang lalu. Diduga benda ini digunakan oleh manusia prasejarah sebagai alat pemahat kayu, seperti membuat perahu dan keperluan lainnya.
Fragmen gerabah berpola hias teknik lukis menegaskan adanya kehidupan di masa itu. Pecahan gerabah dengan berbagai pola hias dengan teknik lukis ditemukan di Loyang Mendale. Pola hias berwarna merah peninggalan budaya Austronesia yang berusia sekitar 3.000 tahun lalu, ditemukan dengan beberapa motif pola hias, diantaranya bermotif huruf X, huruf S, pucuk Rebung dan Puter Tali. Diyakini, pola hias ini sebagai cikal-bakal lahirnya motif ukiran dan sulaman khas Kerang Gayo.
Selain penemuan gerabah berpola hias dengan teknik lukis (teknik cat) di Loyang Mendale juga ditemukan gerabah berpola hias dengan teknik gores. Temuan gerabah peninggalan budaya Austronesia di Loyang Mendale dengan teknik gores ini lebih variatif, diantaranya jenis Black Ware, Red Slip (Red Ware), Brown Slip dan White Slip.
Gerabah jenis Blackware belum banyak diperbincangkan secara detail di Indonesia, jenias ini banyak ditemukan di India dan Taiwan. Blackware yang ditemukan di Loyang Mendale berusia sekitar 4.000 tahun yang lalu, setara dengan usia blackware yang ditemukan di Taiwan.
Ditemukan pula kerangka manusia dihimpit batu. Diperkirakan berusia 3.500 tahun yang lalu. Kerangka dengan kerusakan gigi yang parah ini diindikasikan sebagai penyebab kematiannya. sama halnya dengan kerangka lainnya, kerangka ini juga ditemukan dengan posisi kaki terlipat.
Penulis: Istiara Sekar Panggalih
Editor: Achmad S.