Kesehatan

WHO: 300 Juta Orang di Seluruh Dunia Mengalami Depresi

NUSANTARANEWS.CO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungungkapkan bahwa depresi kini menjadi penyebab utama orang di dunia mengalami sakit dan cacat. Laporan ini berdasarkan temuan WHO menyusul besarnya lonjakan jumlah orang yang mengalami kondisi tersebut.

Kondisi ini seperti dilaporkan WHO terjadi menyusul semakin rendahnya persentasi kesehatan global. WHO melaporkan angka terbaru menunjukkan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia mengalami diagnosis depresi. Kondisi ini meningkat tajam dibandingkan antara tahun 2006 dan 2015 yang hanya mencapai 18 persen.

WHO berharap dengan besarnya angka tersebut bisa dijadikan alasan untuk meningkatkan ketersediaan pengobatan yang efektif. Sebab, kenyataan ini telah menelan biaya yang sangat besar di seluruh dunia.

Direktur Jenderal WHO, Dr Margaret Chan, mengatakan: “Angka-angka baru adalah peringatan bagi semua negara untuk berpikir ulang soal pendekatan mereka untuk kesehatan mental dan segera mencari jalan keluar sebaik-baiknya,” kata Chan.

Sementara itu, Dr Skekhar Saxena dari WHO mengatakan kurangnya pemahaman tentang kondisi dan prasangka terhadap orang-orang yang menderita depresi masih menjadi hambatan untuk pengobatan yang efektif.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Dirikan Rumah Sakit Ibu dan Anak: Di Pamekasan Sehatnya Harus Berkualitas

Menurut sebuah penelitian, di negara-negara berpenghasilan tinggi hampir 50 persen orang yang menderita depresi menolak pengobatan dan resep obatan-obatan yang disarankan sering tidak efektif. Rata-rata, hanya tiga persen dari anggaran kesehatan pemerintah diinvestasikan untuk kesehatan mental. Bahkan ada yang kurang dari satu persen di negara-negara berpenghasilan rendah serta sekitar lima persen di negara-negara berpenghasilan tinggi, termasuk Inggris.

WHO mengklaim investasi untuk kesehatan mental adalah rasional bila dilihat dari persepktif ekonomi. Sebab, setiap nominal uang yang diinvestasikan untuk pengobatan baik depresi maupun kecemasan pasti ada timbal baliknya bagi kesehatan mentalitas seseorang menjadi lebih baik serta membuat aktivitas kerja bisa berjalan dengan baik pula.

Dalam konteks pekerjaan, kesehatan mental dinilai aspek paling utama. Depresi dapat menganggu kenyamanan di tempat kerja. Dikatakan, buruknya etos kerja pekerja akibat depresi malah jauh lebih buruk dibandingkan mereka yang menganggur. Pasalnya, depresi erat kaitannya dengan kesehatan mental.

Baca Juga:  DBD Meningkat, Khofifah Ajak Warga Waspada

Diperlukan perubahan kebijakan untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan. Ini meliputi peningkatan kesadaran arti penting pelatihan kesehatan mental bagi para pekerja dan reformasi penilaian kemampuan kerja. Karena tak menutup kemungkinan ketika kondisi psikis tidak sehat, pasti akan mempengaruhi etos kerja, keandalan dan efektivitas seseorang.

Penulis: E.Dieda

Related Posts

1 of 4