Inspirasi

Warga Pulau Panggang Sulap Air Hujan Untuk Kebutuhan Konsumsi

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kebutuhan air kian hari makin bertambah seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Sedangkan tiap tahun debit air tanah semakin berkurang karena tidak diimbangi dengan pelestarian lingkungan.

Masyarakat Pulau Panggang merupakan salah satu wilayah DKI Jakarta yang secara langsung merasakan akibat dari berkurangnya debit air. Selain dikarenakan air tanah yang tidak dapat digunakan untuk kebutuhan minum dan kebutuhan sehari-hari, sekitar 4.000 jiwa terpaksa mengandalkan air hujan maupun air galon untuk mencukupi kebutuhan.

Sebagai upaya membantu memenuhi keutuhan air di sana, Dompet Dhuafa bekerja sama dengan masyarakat lokal setempat untuk memanfaatkan sumber air alternatif yang laik untuk dikonsumsi. Sistem Pemanen Air Hujan (PAH) menjadi alternatif solusi untuk membantu masyarakat mencukupi kebutuhan air meskipun dengan kapasitas yang terbatas.

Sistem Pemanen Air Hujan ini dengan filterisasi yang digunakan dalam PAH melalui empat tahap. Ahmad Sodik Pendamping Semesta Hijau (SEMAI) Dompet Dhuafa menyebut “Penyaringan air hujan terdiri dari berupa ijuk, karbon aktif, pecahan bata, busa dakron dan batu zeolite,” kata dia, Minggu (19/3/2017).

“Hal tersebut dapat menjernihkan air hujan dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat Pulau Panggang khususnya, sementara jika air hujan yang turun melebih kuota dan batas penampungan maka air hujan akan ditampung ke sumur-sumur yang ada di beberapa titik sekitar masyarakat seperti yang ditempatkan pada Musholla Almagfiroh, Pulau Panggang,” lanjut Sodik.

Sementara Zaenab (55) salah satu warga Pulau Panggang mengatakan, “Pada musim kemarau warga Pulau Panggang  bisa membeli per galon hingga Rp. 11.000, dan anak-anak pun mandi dengan air asin dan dibilas dengan air tawar, sedangkan untuk mencuci pakaian warga memanfaatkan sumur yang sudah mereka gali walaupun terasa asin.”

Populasi yang terus bertambah di Pulau Panggang, menyebabkan kebutuhan yang semakin besar akan keperluan air bersih. Secara demografis Pulau Panggang masih dalam kesatuan dengan Kepulauan Seribu, yang masih dibawah Provinsi DKI Jakarta. Pulau Panggang saat ini dihuni lebih dari 4000 jiwa dengan mayoritas mata pencarian adalah nelayan.  Perkembangan Pulau Panggang saat ini masih menjadi Pulau terpadat penduduk dari beberapa pulau yang ada di wilayah Kepulauan Seribu.

“Ratusan Rumah di Pulau Panggang menggunakan sistem “Pemanenan Air Bersih”, namun metode yang digunakan masih minim untuk dapat dikonsumsi, air hujan yang digunakan langsung begitu saja di endapkan dalam tong-tong yang telah disediakan. Melalui program Semesta Hijau, maka dilakukan pedampingan edukasi warga Pulau Panggang guna memanfaatkan dan mengelola air hujan untuk dapat dikonsumsi.

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 414